Dalam sejarah peradaban, pemimpin besar tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari pergolakan. Mereka bukan sekadar pelaku, tetapi arsitek perubahan, menata ulang nasib dengan tangan mereka sendiri. Aprinaldi, S.Pd, M.Pd, AIFO, bukan hanya nama dalam daftar pejabat publik, tetapi bagian dari narasi panjang tentang keberanian, integritas, dan perjuangan.
Sebelum takdir menempatkannya di puncak legislatif Kabupaten Padang Pariaman, Aprinaldi telah lebih dulu menempanya dalam medan yang menuntut ketahanan fisik dan mental—olahraga. Ia dua kali memimpin KONI Padang Pariaman, pertama sebagai Ketua Harian, lalu sebagai Ketua Umum. Namun, baginya, olahraga bukan hanya ajang kompetisi fisik, melainkan miniatur dari strategi perang, ujian keteguhan hati, dan cerminan karakter sejati.
Di bawah kepemimpinannya, sepak bola Padang Pariaman menorehkan sejarah dengan meraih medali emas di ajang Porprov. Panahan, Taekwondo, olahraga yang menuntut presisi, daya tahan, dan ketenangan pikiran, mencapai panggung Asian Games. Pada PON 2016 di Jawa Barat, puluhan atlet dari Padang Pariaman menjadi tulang punggung kontingen Sumatra Barat. Prestasi ini bukan sekadar angka dalam laporan, tetapi bukti bahwa kepemimpinan dapat mengubah potensi menjadi kejayaan.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa pemimpin sejati tidak hanya dinilai dari kemenangan, tetapi juga dari bagaimana ia menghadapi badai.
Mendiang Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni, menyebut Aprinaldi sebagai sosok yang menjalankan amanah dengan sungguh-sungguh. Faisal Arifin, mantan Ketua DPRD Padang Pariaman, mengingatnya sebagai pemimpin yang mampu menyatukan banyak kepentingan dalam satu visi besar. Pada usia 30 tahun, ia telah menjadi poros yang menyatukan perbedaan, mengubah ketegangan menjadi harmoni. Seperti strategi militer Romawi atau kebijakan ekonomi Tiongkok kuno, ia memahami bahwa kepemimpinan bukan soal usia, melainkan tentang visi, keberanian, dan kemampuan membaca peta pertempuran.
Ketika memasuki dunia politik, Aprinaldi memasuki arena yang lebih kompleks dan berbahaya. Tahun 2019, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman dari Partai Amanat Nasional, lalu langsung menduduki kursi Wakil Ketua DPRD. Politik, sebagaimana sejarah telah mencatat, bukan hanya tentang aturan main, tetapi juga pertarungan narasi, kepentingan, dan daya tahan psikologis.
Di tengah pandemi Covid-19, ketika dunia terhenti dan ketakutan menjadi mata uang baru, Aprinaldi justru semakin bergerak. Seperti seorang jenderal di medan perang, ia memastikan bahwa kebijakan penganggaran tetap berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Tidak ada yang tertunda, tidak ada yang terbengkalai. Dalam sejarah peradaban, krisis selalu menjadi ujian sejati bagi pemimpin. Aprinaldi membuktikan bahwa ia tidak hanya bertahan, tetapi juga mengambil kendali atas situasi.
Kini, sebagai Ketua DPRD, ia berhadapan dengan kenyataan baru: efisiensi anggaran yang ditetapkan pemerintah pusat. Bagi sebagian orang, ini adalah dilema yang melumpuhkan. Bagi Aprinaldi, ini adalah teka-teki yang menuntut solusi. Dalam diam, ia merenungi makna di balik keterbatasan, menghubungkan benang merah antara efisiensi dan pembangunan. Seperti sejarawan yang menafsirkan teks kuno atau ilmuwan yang merumuskan teori revolusioner, ia menyadari bahwa solusi sering kali tersembunyi dalam pola yang tak kasatmata.
Namun, di balik semua kompleksitas itu, ada satu hal yang tetap menjadi pijakan: nilai-nilai yang ia pegang teguh. Setiap malam di rumah dinasnya, tadarus Al-Qur’an tidak pernah absen. Di antara dinding-dinding kekuasaan yang kerap terasa dingin dan penuh intrik, Aprinaldi membangun kehangatan—para pegawai bukan sekadar pekerja, tetapi bagian dari keluarganya. Seperti seorang filsuf yang menemukan keseimbangan antara logika dan spiritualitas, ia menjaga harmoni antara kekuasaan dan ketulusan.
Sejarah bukan milik mereka yang memilih jalur aman, melainkan milik para pemberani—mereka yang tetap melangkah meski tanah di bawah kakinya longsor dan langit di atasnya runtuh. Aprinaldi bukan tipe pemimpin yang menunggu takdir menggelar karpet merah. Tidak. Ia menatap badai di cakrawala, menyalakan rokoknya, tersenyum tipis, lalu berjalan lurus ke arahnya.
Bagi sebagian orang, kepemimpinan adalah permainan kursi. Bagi Aprinaldi, ini adalah tarian di atas kawat dengan ribuan mata mengawasi, menunggu momen jatuh. Tapi ia tak jatuh. Saat dunia bergetar, ia tetap berdiri. Bukan karena ia tak gentar, tetapi karena ia tahu: jika berhenti sekarang, semuanya sia-sia.
Di persimpangan takdir, banyak orang memilih berhenti, ragu, atau menunggu kompas menunjukkan arah. Aprinaldi? Ia mencabut paku rambu-rambu, menciptakan jalannya sendiri. (OLP)