Magelang – Kabut pagi menyelimuti Akademi Militer Magelang, tempat ratusan kepala daerah dari seluruh Indonesia berkumpul dalam sebuah retreat kepemimpinan yang berlangsung sejak 21 Februari 2025. Di antara mereka, Walikota Pariaman, Yota Balad, telah menyelesaikan lima hari pertama pelatihannya, sementara Wakil Walikota Pariaman, Mulyadi, dijadwalkan menyusul pada 27 Februari. Mulyadi bertolak dari Pariaman hari ini, Rabu (26/2).
Retreat merupakan bagian dari strategi pemerintah pusat untuk memperkuat kapasitas kepemimpinan di tingkat daerah. Dalam sesi awal, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menekankan bahwa kepala daerah mendapatkan legitimasi dari rakyat dan partai. Hal ini mencerminkan keseimbangan antara sistem demokrasi Indonesia dan dinamika politik nasional yang terus berkembang.
Namun, masih ada beberapa kepala daerah yang belum hadir dalam program tersebut. Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya menegaskan pentingnya kehadiran mereka, karena retreat dirancang untuk membekali para pemimpin dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan pemerintahan hingga tahun 2030.
Berbagai materi strategis disampaikan dalam forum. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti pentingnya pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan efisien, sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Setyo Budiyanto, mengingatkan bahaya korupsi yang masih menjadi ancaman serius bagi stabilitas pemerintahan daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa tata kelola pemerintahan yang bersih menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin mereka.
Pada 28 Februari, Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan memberikan arahan langsung kepada para kepala daerah. Kehadirannya di Magelang menunjukkan pentingnya program dalam membentuk karakter kepemimpinan nasional.
Di luar agenda utama, ada pula momen refleksi bagi para peserta. Yota Balad-Mulyadi, akan menjalani puasa pertamanya di Magelang sebelum kembali ke Pariaman bersama Yota Balad pada 1 Maret. Peristiwa ini mencerminkan bagaimana para pemimpin tidak hanya dihadapkan pada tantangan administratif, tetapi juga aspek spiritual yang turut membentuk karakter mereka.
Namun, yang menjadi pertanyaan utama adalah apakah retreat ini akan membawa perubahan nyata dalam pemerintahan daerah atau sekadar menjadi agenda seremonial.
Magelang telah menjadi saksi dari pembelajaran ini, tetapi bagaimana implementasinya di lapangan akan menentukan arah kepemimpinan Indonesia di masa depan. (OLP)