Pariaman - Setelah sukses mengembangkan Bank Sampah (rumah maggot) di Desa Kampung Apar Kecamatan Pariaman Selatan, kini, Kampung Apar Inovation Center (KAIC) mulai mengembangkan budidaya Melon Golden Apollo Hidroponik dengan Sistem Dutch Bucket.
Hidroponik Dutch Bucket System (DBS) merupakan metode tanam dengan aliran air dan bucket sebagai media tanamnya. Salah satu faktor penting dalam hidroponik adalah pengontrolan kualitas air berupa tingkat nutrisi.
“Budidaya melon golden hidroponik ini dimulai sejak tahun 2022. Sebelumnya menggunakan sistem irigasi tetes dengan media tanam cocopeat (sabut kelapa yang giling halus), namun karena ingin hasil yang lebih maksimal maka muncul sistem baru Sistem Dutch Bucket ,” ujar Ketua KAIC, Rasmiwati di Pariaman, Selasa (26/3).
Rasmiwati yang akrab disapa Cimi ini menyebutkan, kelemahan dari sistem cocopit ini dimana susah untuk mendapatkan bahan cocopeat, disamping itu juga tanaman melon rentan terhadap hama dan jamur. Sedangkan sistem Dutch Bucket ini sangat efektif dengan menggunakan box atau hidrotone (media batu) yang fungsinya untuk penghematan air dan nutrisi dimana dialirkan melalui pipa-pipa.
Cimi mengatakan, budidaya melon golden dengan sistem ducth bucket yang dikembangkan oleh KAIC tersebut jumlahnya sebanyak 200 buah dimana tidak membutuhkan lahan yang luas bahkan bisa dilakukan di pekarangan rumah atau di dalam green house.
Dikatakannya bahwa, mulai tahun 2022 KAIC menerima sponsor dari CSR Pertamina untuk pengembangan budidaya melon ini hingga sekarang.
Harapannya dengan adanya budidaya melon ini, bisa membangun ekonomi masyarakat Kampung Apar kedepannya, dan memberi contoh kepada petani lain-lainnya.
Melon golden ini memiliki warna kulit luar kuning emas, daging buahnya berwarna putih dengan rasa yang lebih manis. Untuk harga, melon golden hidroponik ini dijual Rp.35.000 perkilogram. Rata-rata buah melon yang dihasilkan beratnya antara 2 hingga 3 kilogram.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Pariaman, Yota Balad saat melihat langsung budidaya melon golden tersebut mengatakan bahwa, budidaya Melon Golden Apollo Hidroponik ini merupakan yang pertama di Kota Pariaman.
Ia mengapresiasi inovasi dari KAIC Desa Kampung Apar ini, dan ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat khususnya para petani melon di Kota Pariaman.
Yota Balad menyampaikan, sebelummnya KAIC juga mengembangkan Bank Sampah (rumah maggot), smart farming, dan ekonomi kreatif lainnya seperti produk jahelo sebagai produk unggulan, kapa snack, hasil keterampilan masyarakat seperti sulaman peniti dan rajutan. (Erwin)