Pariaman - Kumpulan anak muda Pariaman lintas organisasi yang tergabung dalam Pariaman Berkumpul dan Berduskusi (Parkusi) menggelar acara tematik bertema "Mengenal Lebih Dekat Kolonel Anas Malik Bupati Padangpariaman 1980-1990" di Cafe Cermin Pariaman di Kelurahan Karanaur Pariaman, Sabtu malam (20/1). Saking menariknya diskusi tersebut, acara yang dimulai dari pukul 20.00 sampai pukul 23.00 WIB itu, hingga dihadiri 120 orang.
Mendiang Anas Malik waktu muda bersama Pahlawan Nasional Bung Tomo |
Perkusi menghadirkan narasumber saksi hidup - orang yang pernah dekat dengan - Anas Malik, di antaranya mantan PNS Juru Penerangan Padangpariaman sekaligus wartawan Koran Haluan, Nasrun Jon (82), Ketua KAN Kanagarian Pasir Pariaman, Yusran Yatim (68) dan cucu tertua mendiang Anas Malik, Teuku Muhammad Gadaffi.
Menurut Yusran Yatim, Anas Malik merupakan pemimpin yang membuat perubahan besar bagi Padangpariaman yang saat itu wilayahnya meliputi Kota Pariaman dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Anas Malik juga sosok pemimpin yang mau menanggung banyak risiko demi merubah adab dan kebiasaan orang Pariaman yang saat itu masih menjadikan pantai sebagai tempat buang hajat, sehingga Pariaman sempat dijuluki WC terpanjang di dunia.
Untuk merubah kebiasaan buruk orang Pariaman saat itu, Anas Malik sudah keluar subuh-subuh menggunakan sepedanya keliling Pariaman. Anas Malik sendirian melakukan razia ke pantai-pantai, membangunkan warga untuk salat Subuh, memeriksa halaman rumah yang belum disapu dan sebagainya.
"Hal itu rutin dilakukan beliau sehingga pantai Pariaman berubah menjadi bersih seperti sekarang ini," ungkap Yusran.
Selaku pemimpin, sambung Yusran, Anas Malik menerapkan filosofi memandikan kuda, ikut berbasah-basah. Anas Malik terjun langsung ke lapangan dan membaur bersama masyarakat. Anas Malik suka berdiskusi, menyapa masyarakat hingga main domino karena di sanalah ia mendapatkan masukan dan ide, serta apa yang diinginkan masyarakat untuk membangun Padangpariaman.
Dalam dua tahun kepemimpinannya, pantai Pariaman sudah bersih dan tidak ada lagi masyarakat yang berani buang hajat di pantai. Namun sebelum menerapkan larangan buang hajat, Anas Malik terlebih dahulu membangunkan WC gratis untuk rumah-rumah warga di sepanjang pantai. Disiplin PNS juga meningkat dari yang sebelumnya telat masuk kantor, kebiasaan nongkrong di lapau-lapau saat jam kerja, semuanya sudah ditertibkan Anas Malik.
"Anas Malik tidak banyak mebuat PERDA, tapi semua aturan tegak, tidak seperti sekarang yang banyak PERDA-nya tapi tidak jelas penerapannya," pungkas Yusran.
Hal senada juga disampaikan Nasrun Jon. Ketua PWI Padangpariaman 1990-2002 ini mengatakan Anas Malik sempat menolak menjadi Bupati Padangpariaman ketika dibujuk tokoh masyarakat dan DPRD Padangpariaman untuk memimpin Padangpariaman.
"Anas Malik tidak langsung menerima. Namun karena terus dibujuk, akhirnya beliau mau. Para tokoh langsung menemui ke rumah dinas beliau di Bekasi, padahal saat itu beliau menjabat KAPENDAM di Mabes TNI AD dengan pangkat Letnan Kolonel," ungkap Nasrun Jon.
Nasrun Jon juga menceritakan sejarah terbentuknya Pantai Gandoriah yang sebelum zaman Anas Malik belum ada, karena setelah Stasiun Pariaman langsung laut. Anas Malik mulai menanam pohon Cemara Laut di bibir pantai sampai dalam laut (sistim pancang) yang dikokohkan menggunakan tali dan pagar kayu. Dalam tiga tahun Cemara mulai besar, pantai berangsur-angsur mulai terbentuk.
"Ide membangun pantai ini datang ketika Anas Malik melihat banyak anak muda setiap akhir pekan datang ke Pariaman untuk sekedar membasahkan kakinya dengan air laut sebagai bukti sudah ke Pariaman," terang Nasrun Jon.
Bahkan selain suksesnya program K-3, Manunggal Bakti yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden dan membuka akses jalan di batas kabupaten, Anas Malik jugalah yang membangun Pendopo Bupati Padangpariaman di Karanaur, serta mendirikan Terminal Bus di Simpang Amadin Kampung Pondok. Anas Malik juga menjadikan Kecamatan Pariaman menjadi Kota Administratif (Kotif) Pariaman yang akan jadi cikal bakal Kota Pariaman yang berotonomi penuh seperti saat ini.
"Swadaya masyarakat di zaman Anas Malik sangat tinggi. Minimnya APBD Padangpariaman tercukupi berkat donasi masyarakat dan perantau," tutur Nasrun Jon.
Pada tahun 1981, dikatakan Nasrun Jon, Anas Malik membentuk Ikatan Keluarga Padang Pariaman yang disingkat IKPP dan kemudian diresmikan menjadi PKDP (Persatuan Keluarga Daerah Piaman) pada tahun 1984 di Pekanbaru, Riau. Berkat Anas Malik, organisasi itu sangat kompak dan aktif menyumbangkan uangnya untuk membangun Padangpariaman. Kini PKDP menjelma menjadi organisasi yang sangat besar dan memiliki kantor cabang hampir di seluruh wilayah rantau orang Piaman di seluruh Indonesia.
"Anas Malik adalah pemimpin, bukan pejabat yang ingin dilayani. Sosok seperti beliau ini tidak ada lagi sekarang. Buat generasi muda yang hadir saat ini dan kelak bakal jadi pemimpin, jadikan beliau sebagai contoh, kalian contohlah yang terbaik dari para pemimpin terbaik ini. Sejarah membuktikan Padangpariaman pernah memiliki pemimpin terhebat, dan dia adalah Anas Malik," pungkasnya.
Peserta diskusi, Ajo Fe (55) mengatakan Anas Malik orang pertama yang melakukan revolusi mental di Indonesia, bahkan jauh sebelum Presiden Jokowi memikirkannya. Anas Malik mengajarkan generasi saat ini pentingnya pola kepemimpinan parsipatif.
"Sehingga Anas Malik selalu jadi patron setiap ada Pilkada. Anas Malik masih memiliki pengaruh besar sampai saat ini," ungkapnya.
Meski Anas Malik juga dikenal sebagai pemimpin yang suka menampar, menurut Ajo Fe tidak demikian. Anas Malik yang sesungguhnya orang yang tegas dan disiplin.
"Beliau tegas, disiplin, ramah, baik hati dan tidak sombong. Spiritnya perlu kita tiru. Beliau pemimpin yang mau mendengarkan. Meski zamannya Anas Malik berbeda dengan sekarang, tapi masih aktual sampai saat ini," tandasnya.
Cucu tertua Anas Malik, Teuku Muhammad Gadaffi mengatakan Anas Malik memiliki 9 orang anak dan 23 orang cucu. Anas Malik memiliki pengaruh besar dalam keluarga. Ia sosok pemersatu, pembimbing, tidak hanya bagi keluarga, tapi juga untuk dunsanak hingga masyarakat.
"Beliau pernah bilang semua warga Piaman adalah keluarga kita. Kita harus mencamkannya dalam hati bahwa seluruhnya keluarga kita," kenang Caleg DPR RI Dapil Sumbar 2 nomor urut 3 Partai Demokrat ini.
Gadaffi bahkan mengungkap kisah yang belum terungkap ke publik hingga saat itu. Pada tahun 1974 terjadi demo besar-besaran mahasiswa di Jakarta. Peristiwa itu kini dikenal dengan istilah Malapetaka Limabelas Januari alias MALARI 1974.
Saat itu, kata Gadaffi, ada seorang prajurit menghadap komandannya meminta waktu berdialog dengan mahasiswa. Komandannya tidak mengizinkan karena sebelumnya mahasiswa sudah diberi waktu dua jam oleh sang komandam. Si komandan sudah murka dan tidak ada lagi toleransi, mahasiswa akan dihabisi dibawah kokangan senjata AK 47.
"Lalu prajurit itu bilang ke komandan beri saya waktu 5 menit, jika tidak bisa, cukup 3 menit, saya akan ngomong dengan mahasiswa. Setelah itu terserah komandan," tutur Gadaffi.
Karena kegigihan prajurit itu, si komandan memberi izin 3 menit. Bergegas prajurit itu menemui mahasiswa tanpa membawa senjata. Kepada mahasiswa ia mulai bertanya, apa yang adik-adik inginkan. Laluu mahasiswa menjawab panjang lebar yang intinya anti dengan rezim Orba dan sejumlah kebijakannya.
Mendengar itu, prajurit itu menjawab ia juga tidak setuju, tapi ia adalah tentara yang menjalankan tugas. Tapi jika mahasiswa tidak setuju, ia meminta pimpinlah negara ini di masa depan. Rajin-rajinlah belajar, dan yang terpenting adalah tetap hidup karena jika tidak pulang selepas bicara dengannya, mereka tidak akan bisa menjadi pemimpin masa depan karena komandannya sudah memutuskan akan mencabut nyawa mereka. Mendengarkan penjelasan prajurit itu, mahasiswa tersadar. Secara teratur mereka membubarkan diri, dan si prajurit kembali menghadap komandannya.
"Dan prajurit itu bernama Anas Malik. Ketika ditanya komandan apa yang ia bilang sehingga mahasiswa mau bubar, Anas Malik menjawab singkat dan seperlunya. Tentu saja tidak semua yang ia omongi ke mahasiswa dia laporkan ke komandannya," ungkap lulusan Houston University di Amerika Serikat ini.
Diskusi mengenal lebih dekat sosok Anas Malik ini berjalan dengan fokus karena peserta - dari kalangan milenial dan Gen Z - yang datang memang sudah lama penasaran dengan sosok Anas Malik.
Para peserta juga tidak tanggung-tanggung, ada dari unsur organisasi kemahasiswaan, Pemuda Pancasila, intelektual muda, hingga Putri Kampus Sumatra Barat. Diskusi berlangsung sukses dan banyak sejarah serta ilmu yang bermanfaat dibagikan oleh para narasumber untuk peserta yang khidmat mengikuti acara tersebut. (OLP)