Istri Walikota Pariaman, dr Lucyanel Arlym mengunggah foto bersama Bundo Elly Kasim di media sosialnya. Ia turut berduka atas kepergian penyanyi multitalenta minang ini. |
Pariaman - Penyanyi multitalenta minang, Elly Kasim tutup usia. Penyanyi legendaris yang kerap disapa Bundo Elly itu menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu dini hari (25/8) di RS MMC Kuningan karena sakit lambung.
Kabar duka kepergian legenda penyanyi minang kelahiran Tiku, Tanjung Mutiara, Agam, Sumatra Barat 27 September 1944 ini mengagetkan Ranah Minang. Dalam pantauan Pariamantoday.com, sejak subuh hingga pagi ini, ucapan turut berduka disampaikan mulai dari tokoh masyarakat, politisi, artis ibu kota, hingga warganet di berbagai platform media sosial. Begitu juga dari liputan media nasional arus utama.
"Innalillahi Wainnaillaihi Raaji'un. Allahummaghfirlaha Warhamhaa Wa'afihi Wa'fuanha. Turut berdukacita atas berpulangnya kerahmatullah Uni Elly Kasim Binti Ali Umar, tokoh legendaris seniman seni suara Minangkabau. Semoga husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta keikhlasan. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin," ungkap Istri Walikota Pariaman, dr Lucyanel Arlym di akun Facebooknya.
Pelantun Ayam Den Lapeh, Kasiah Tak Sampai, Ampun Mandeh, Langkisau, Cinto Ka Uda, kemudian album bertajuk Kudaki Lari (1966), Elly Kasim (1966), Sinar Riau (1969), Suara Minang (1969), Djam Gadang (1969), Ketilang Minang (1974), juga sangat dekat dengan tokoh asal minang ranah dan rantau.
Kemudian album Kudaki Lari (1966), Elly Kasim (1966), Sinar Riau (1969), Suara Minang (1969), Djam Gadang (1969), Ketilang Minang (1974), dan lainnya.
Dari penuturan almarhum ibu saya yang sudah saya konfirmasi langsung kepada Bundo Elly saat beliau hadir di acara LIDA Indosiar 2013 - guna memberikan support kepada duta Sumatra Barat, Arif - Bundo Elly dibawa merantau ke Pekanbaru oleh orangtuanya pada akhir 1950-an. Ayahnya saat itu bekerja di Caltex Pekanbaru dan berdomisili di Jalan Mangga, Sukajadi, Pekanbaru, Riau.
Bertetangga dengan ibu saya sejak itu, Elly Kasim dikenal dekat dengan paguyuban asal Pariaman dan paguyuban perantau minang lainnya. Walau Tiku berada di kabupaten Agam, tapi secara adat dan budaya identik dengan Pariaman.
Meski kala itu ia sudah sangat terkenal sebagai artis, saat pulang ke Pekanbaru, ia selalu menyempatkan diri mengundang para tetangga ke rumahnya. Ayahnya, juga dikenal sebagai salah satu tokoh Minang yang selalu hadir saat diundang berbagai paguyuban perantau minang di Pekanbaru. Beliau juga membeli sebagian tanah milik orang tua saya - saat ayah saya memutuskan pindah ke Pariaman.
"Jelas ingat, anak Uni Alam kan? Bundo dulu sering gendong kamu lho, anak bungsunya kan?," ungkap Bundo Elly Kasim disambut tawa Bupati Padangpariaman, Ali Mukhni yang juga menghadiri malam grand final LIDA Indosiar 2013. Ibu saya bernama Alam Sani. Para tetangga di Pekanbaru memanggilnya Uni Alam, sedangkan di Pariaman beliau dipanggil Nani atau Elok Nani.
Elly Kasim sendiri boleh disebut sedikit dari artis asal minang yang telah menjangkau atap. Ia tak sebatas penyanyi minang. Musik dan budaya minang kerap ia bawa ke level lebih tinggi, internasional. Berbagai pentas seni budaya di luar negeri ia wakili dengan menampilkan berbagai kesenian minang.
Hingga saat ini, Bundo Elly telah merilis tidak kurang dari 100 album solo, bahkan di antaranya menjadi hits nasional. Di samping berkarir sebagai penyanyi, ia juga memiliki bisnis wedding organizer khusus adat minang berlabel Elly Kasim Collection.
Menginjak usia 73 tahun pada 2017, Elly Kasim menggelar konser bertajuk Menjulang Bintang, 57 tahun Elly Kasim Berdendang di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 29 Juli 2017. Konser tersebut juga menghadirkan Titiek Puspa, Be3, Judika dan Rancak Voice. Ia juga terlibat dalam pertunjukan drama musikal Siti Nurbaya yang digelar oleh Galeri Indonesia Kaya. (OLP)