Eka Putra Pernanda, S.Kom, M.Kom Kabid Informasi dan Komunikasi Publik Dinas Kominfo
Kota Pariaman
Media sosial telah menjadi candu bagi banyak pengguna internet, terutama di kalangan pemuda. Salah satu buktinya adalah hadirnya social peer pressure di dunia maya, yaitu keinginan untuk mendapat eksistensi diri lebih yang memicu hasrat untuk selalu mengikuti perkembangan tren yang ada saat ini. Di kalangan pemuda pada era modern, demi memenuhi keinginan eksistensi diri, kadang kala mereka tidak segan menggunakan cara-cara negatif yang merugikan diri sendiri serta juga bisa bagi orang lain.
Editing foto secara berlebihan seolah-olah sedang berlibur di tempat wisata terkenal kemudian diupload ke media sosial, hanyalah satu dari sekian banyak contoh eksistensi diri yang membohongi orang banyak.
Berbicara tentang media sosial sekarang ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Media sosial bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia, semua golongan usia saat ini menggunakan media sosial sebagai kebutuhannya, terutama di kalangan pemuda.
Pada zaman modern ini, internet sudah bukan lagi menjadi hal yang susah untuk ditemukan. Beberapa waktu lalu, para pengguna gadget hanyalah masyarakat kelas atas. Namun sekarang, para pengguna gadget sudah menyeluruh. Untuk menunjang penggunaan gadget di setiap fasilitas – fasiltas umum juga telah disediakan wifi gratis untuk bisa terhubung ke internet dan berselancar di dunia maya.
Pemanfaatan media sosial di dunia sekarang ini juga bagaikan pisau bermata dua. Media sosial ibarat pisau tajam yang bisa menikam penggunanya, tapi juga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya sendiri. Begitu pula halnya dengan media sosial seperti facebook, instagram, youtube, whatsapp dan lainnya, itu bisa mendatangkan manfaat yang sungguh sangat besar jika cerdas dan bijak menggunakannya.
Media sosial sangat bermanfaat untuk menjalin silahturahmi kita kepada keluarga, teman dan kerabat –kerabat kita, media sosial juga dapat kita gunakan sebagai wadah untuk bersosialisasi, menghibur diri, menggali informasi yang aktual, menambah pengetahuan dan penggunaan media sosial juga dapat mempermudah kita dalam menjalankan serta meningkatkan kualitas hidup kita, jika kita mampu menggunakannya dengan bijak dan cerdas.
Tetapi sebaliknya jika tidak hati-hati dalam menggunakannya, maka mudharat atau musibah akan menghampiri kita. Setiap kita membaca konten – konten yang kita temukan di media sosial maka kita harus bisa memilih dan memilah mana konten yang baik untuk dikonsumsi diri sendiri dan mana konten yang baik dibagikan kepada orang lain.
Di dalam bermedia sosial sebagai seorang pengguna kita harus memperhatikan bagaimana efek dari penggunaan sosial media tersebut oleh individu yang menggunakannya. Seringkali media sosial digunakan sudah jauh dari manfaat media itu sendiri yang sejatinya sangat berguna untuk hal-hal yang positif seperti menjalin tali silahturahmi.
Hari ini, kita dapat melihat banyak sekali pihak-pihak yang memanfaatkan media sosial untuk sarana melancarkan aksi-aksi propaganda, fitnah bahkan yang bertujuan untuk memecah belah suatu kalangan tertentu.
Media sosial juga seakan menjadi sasaran empuk bagi sebagian orang yang ingin menebar kebencian, dengan menyebar berita bohong alias hoaks, sebab banyak masyarakat kini bergantung pada media sosial sebagai sumber informasi. Di zaman sekarang ini, sebagai pemuda kita harus cerdas dalam bermedia sosial, itu wajib dilakukan oleh siapa pun yang memang aktif di media sosial.
Dengan melengkapi diri dengan kecerdasan kita bisa memilah dan filter informasi yang benar atau tidak. Dengan kecerdasan, kita bisa memahami mana informasi yang ditujukan untuk kepentingan publik, dan mana untuk kepentingan kelompok.
Dengan kita bersikap cerdas secara tidak langsung kita telah menjadi pemuda yang memberikan contoh pada generasi berikutnya. Sebagai pemuda zaman modern, kita harus paham cara cerdas dan bijak bermedia sosial.
Pertama, kita harus selektif. Selektif di sini artinya jangan mudah menambahkan atau pun menerima pertemanan pada media sosial kita. Sikap selektif ini adalah salah satu cara untuk melindungi diri dari efek negatif berupa tindakan kejahatan yang saat ini marak terjadi yang justru berawal dari media sosial.
Kedua, pertimbangan dalam menulis status. Menumpahkan emosi dan menuliskannya pada status sosial yang kita miliki memang sangat menyenangkan dan dapat membantu mengurangi kekesalan dalam hati. Tapi, kita harus mempertimbangkan dengan bijak sebelum kita melakukannya. Jangan menulis status yang dapat memancing pihak lain untuk memberikan respon negatif. Ada baiknya kita memposting berbagai hal yang memiliki manfaat bagi para pembaca.
Media sosial bagaikan buku harian bagi para penggunanya. Berbagai hal unik yang terjadi dalam satu hari itu akan selalu diposting di akun media sosialnya. Ketika ada pengguna media sosial yang memposting suatu kejadian dengan foto pada status media sosialnya, maka ada baiknya jika kita tidak berkomentar terlalu pedas atau kurang sopan karena itu akan memicu terjadinya perdebatan dan merusak nilai-nilai silaturrahim, sehingga akhirnya akan menimbulkan pertengkaran atau perselisihan atau pun juga akibatnya pembatalan pertemanan atau pemblokiran akun media sosial kita. Berikanlah tanda like atau memberikan komentar yang memberikan kesejukan bagi semua orang sehingga itu akan berakibat positif bagi kita dan juga bagi orang lain.
Ketiga, hati -hati membaca dan membagikan konten. Setiap konten yang kita temukan di media sosial belum bisa kita pastikan kebenaran isi yang terkandung di dalamnya. Kita harus bisa menelusuri kebenaran isi konten. Jangan telan mentah-mentah atau ikut dengan latah membagikan kembali tanpa mengetahui kepastian kebenaran isinya.
Jika ini dilakukan maka bisa saja kita terjerumus dalam membagikan berita bohong atau hoaks yang tentunya dikategorikan melanggar Undang Undang Informasidan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Keempat, jangan pernah terlibat atau ikut-ikutan segala jenis bentuk kejahatan-kejahatan di dunia internet yang dikenal sebagai cyber crime. Di antara kejahatan itu ada yang disebut carding, hacking, cracking, phising dan spaning. Kegiatan ini tentunya akan berdampak negatif bagi diri sendiri, keluarga dan juga lingkungan kita.
Sebagai kesimpulan dari uraian di atas, maka kita sebagai pemuda yang hadir pada saat ini - pemuda yang berada pada perkembangan teknologi yang pesat - dengan segala macam dinamika media sosial, mari kita menjadi pemuda yang cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Gunakanlah media sosial secara hati-hati dan proporsional untukmenebar kebaikan dan perdamaian. Bukan sebaliknya menjadi pemecah belah dan kehancuran bagi kita semua.
Semoga kita bisa menjadi pemuda yang diharapkan oleh Bung Karno, menjadi pemuda yang membawa perubahan lebih baik untuk bangsa dengan pintar memanfaatkan media sosial. (*)