Bersamaan dengan itu 16 orang santri Madrasah Tsanawiyah menerima ijazah.
Pengukuhan yang disaksikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Novrial, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, Kepala Kemenag, Helmi, anggota DPRD Padangpariaman, Happy Neldy, Ramli, Tuanku Afredison, dan Safruddin serta tamu undangan lainnya itu berlangsung dengan amat sakral.
Diawali dengan petatah-petitih antara perwakilan orangtua santri yang dikukuhkan sebagai tuanku dengan Buya Marzuki Tuanku Nan Basa, Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, yang masing-masingnya sebagai Pimpinan dan Pengasuh Ponpes Madrasatul Ulum Lubuk Pandan dan Lubuk Pua.
Petatah-petitih atau berunding, adalah bagian terpenting dalam sebuah acara bernuansa agama dan adat di negeri ini.
"Warih bajawek pusako batarimo. Sudah berbilang hari, bulan dan tahun anak kemenakan kami mengaji di pesantren ini, rasanya patut diberikan gelar oleh gurunya, sebagai langkah untuk pengabdiannya yang panjang di tengah masyarakat nantinya," ujar perwakilan orangtua santri itu berbicara dengan pimpinan pesantren.
Mereka yang dikukuhkan itu antara lain Dedi Suhandi bergelar Tuanku Sidi Malin, berasal dari Guguak, Kecamatan 2x11 Kayutanam. Selanjutnya, Ahmad Jamal berasal dari Padang Toboh Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis bergelar Tuanku Bagindo Hafidz.
Kemudian Hasan Saputra, santri yang berasal dari Tandikek, Kecamatan Patamuan bergelar Tuanku Sidi. Dan Arif Ramadhan, santri yang berasal dari Sikabu Ulakan bergelar Tuanku Bagindo Arif.
Kepada mereka, Buya Ahmad Yusuf Tuanku Sidi berpesan untuk terus menggali dan mendalami ilmu.
"Ini bukan perhentian, tetapi awal pengabdian sebagai langkah untuk mengabdi di tengah masyarakat. Apalagi yang namanya rukun 13 kampung masih belum matang. Jadi, para orangtua dan undangan yang datang, mari kita sebutkan secara bersama di pasa nan rami dan labuah dan golong gelar yang kita berikan secara bersama-sama tadi," ujarnya.
Ketek banamo, gadang bagala, kata dia, merupakan kelaziman orang Minangkabau. Dan itu tentu tidak saja terjadi di kalangan kaum adat, tetapi juga berlaku bagi santri yang saban hari menuntut ilmu di surau yang sekarang disebut pesantren.
Pelopor hidup bersih dan sehat
Bupati Padangpariaman Ali Mukhni pada kesempatan itu memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kelangsungan acara itu. Dengan semangat yang luar biasa, secara pribadi dia menyumbang ke pesantren Rp 5 juta.
"Atas nama pemerintah, kita mengajak Pesantren Madrasatul Ulum sebagai garda terdepan dalam pola hidup bersih dan sehat," katanya.
Sebab, kata dia, hidup bersih dan sehat adalah bagian terpenting dalam melawan corona yang tengah mewabah di negeri ini. Kemudian, katanya, dengan adanya acara tersebut tentu pesantren telah berpartisipasi banyak di tengah masyarakat dalam pembangunan sumberdaya manusia.
"Apalagi, pesantren melahirkan kader-kader yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul kharimah," kata dia.
Kepala Kemenag Padangpariaman Helmi menyebutkan, santri saat ini telah banyak yang berkiprah di berbagai level kehidupan. Bahkan, tanpa melalui pendidikan paket, santri bisa melanjutkan pendidikanke jenjang pendidikan tinggi.
"Santri telah dapat perlakukan khusus. Sejak beberapa tahun belakangan, setiap 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri," ujarnya.
Khusus Ponpes Madrasatul Ulum, kata diq, ada kadernya yang duduk di dewan.
"Tinggal bagaimana ada komunikasi yang bagus dalam kemajuan pendidikan ini bisa dibicarakan secara bersama dengan anggota dewan," katanya lagi.
Ketua Fraksi PKB DPRD Padangpariaman Tuanku Afredison yang mewakili tokoh masyarakat mengajak Kemenag untuk lebih serius memperhatikan lembaga pesantren.
"Saya dan kawan-kawan anggota dewan siap dengan berbagai cara untuk menyuarakan kepentingan pesantren, agar bisa bersama-sama membangun daerah ini," ungkapnya.
Kadis Pariwisata Sumbar Novrial menyampaikan terima kasih kepada pihak pesantren yang telah memberikan baktinya di tengah masyarakat.
"Walau bagaimanapun, dunia sekarang bersaing lewat pendidikan. Sebagai lembaga tertua, pesantren telah banyak melakukan langkah positif dalam pembangunan akhlakul kharimah," ujar dia.
Sedangkan 16 santri yang menerima ijazah Madrasah Tsanawiyah itu; Adi Putra berasal dari Koto Sinyamu, Kabupaten Dharmasraya, Muhammad Dani dari Singgalang, Tanah Datar, Ferdi dari Koto Bangko, Provinsi Jambi, Andre Nanda dari Duri, Provinsi Riau, Ahmad Albar, Bambang Parmadi dari Sawahlunto, Ahmad Dani dari Padang Toboh Ulakan, Dedi Saputra dari Sawahlunto.
Berikutnya, M. Gani Yulhamidi dari Kayutanam, Muhammad Rizal dari Medan, Sumatera Utara, Gebi Lesmanto dari Dharmasraya, Muhammad Arif dari Sawahlunto, Muhammad dari Tandikek, M. Adnan Syafei dari Bekasi, Jawa Barat, Nofril Aldo dari Padang Toboh Ulakan, dan Rendi Saputra dari Koto Salak, Dharmasraya. (Damanhuri)