Foto: AWT |
Ali Mukhni mengatakan bahwa pihaknya memperhatikan nasib para guru karena dia juga berasal dari seorang guru dulunya.
Ali Mukhni mengisahkan bahwa ia dulunya pernah mengajar di daerah terpencil di Teluk Kuantan yang sekarang bernama Kuantan Singingi sebuah kabupaten di provinsi Riau. Ia merasakan hidup serba keterbatasan saat itu ditambah pula dengan akses terbatas di tempatnya mengajar.
Motivasinya terangkat saat ia mendengar ceramah agama yang mengatakan bahwa guru adalah profesi mulia karena telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada muridnya.
"Maka pahala terebut akan terus mengalir bahkan saat kita sudah tidak ada di dunia lagi," kata Ali Mukhni.
Atas dasar azas dan manfaat seumpama guru, hal itu juga ia terapkan saat membangun Padangpariaman. Contohnya saat membangun sekolah tinggi ilmu pelayaran di Tiram. Perjuangan saat itu cukup berat, namun kini bisa dilihat manfaatnya bagi Padangpariaman dan Sumatra Barat.
Hal yang sama juga membangun kawasan Tarok City dengan dasar yang sama untuk dimanfaatkan bagi segenap warga Padangpariaman.
"Jika kawasan Tarok City telah selesai dibangun akan membawa dampak besar bagi Sumatra Barat, bagi masyarakat luas karena bisa menjadi lapangan pekerjaan baru yang akan menguntungkan banyak orang," sambungnya.
Ali Mukhni berharap jumlah insentif yang diterima guru honorer bisa mencapai upah minimum regional ke depannya.
Insentif yang dibagikan berjumlah Rp 14,64 miliar yang akan ditransfer ke masing rekening penerima. Masing penerima akan menerima insentif Rp 500 ribu yang dibayarkan empat bulan terhitung Januari hingga April. (Tim/OLP)