Ryan Hidayat lakukan teknik suling tradisional untuk hasilkan minyak asitri dari serai wangi. Foto: istimewa |
"Saya sudah menanam serai wangi sejak 2018 lalu," kata Ryan di desa setempat, Jumat (14/2).
Kata Ryan, serai wangi bisa menghasilkan minyak atsiri berkualitas tinggi. Indonesia sendiri, kata dia merupakan salah satu penghasil minyak asitri terbesar di dunia. Dari 40 jenis minyak asitri, 20 di antaranya bernilai ekonomis tinggi dan berkembang di pasar internasional, di antaranya serai wangi yang saat ini ia geluti.
Lulusan SMK-SMAK Padang itu sebelumnya pernah bekerja di laboratorium kimia. Atas dasar pengalaman tersebut, ia bisa mengolah serai wangi menjadi minyak asitri. Ia bercita-cita akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga Batang Tajongkek dengan produksi minyak asitri dari serai wangi.
Serai wangi kata Ryan, bisa tumbuh dalam cuaca apapun. Masa panen daunnya selama enam bulan. Panen seterusnya tiga bulan, dan berkesinambungan selama sepuluh tahun. Daun serai wangi yang dipanen, dia olah menjadi minyak asitri.
“Setelah saya lakukan uji labor ternyata minyak serai wangi yang saya kembangkan ini memiliki kandungan citronella 44,30 persen tanpa bahan kimia tambahan. Itu berarti kualitas dari minyak serai wangi yang saya suling ini mempunyai kualitas sangat baik dan standar ekspor. Standar eksporminimal kandungan citronellanya sekitar 35 persen,” tuturnya.
Ryan menjelaskan dalam satu rumpun serai wangi bisa dipanen sekitar dua hingga tiga kilo daun. Lahannya mampu menghasilkan daun segar 20 hingga 30 ton per hektare tiap bulannya. Sedangkan untuk penyulingan, Ryan masih menggunakan cara tradisional.
Setiap panen, Ryan menjual dengan harga Rp 350 ribu per kilonya kepada pengepul. Selain menjual daun segar, ia juga memproduksi minyak asitri. Ia memasarkan minyak asitri masih dalam lingkup lokal.
Dari hasil penyulingannya, Ryan telah memproduksi pengharum ruangan aroma serai wangi, hand soap serai wangi, minyak telon, obat nyamuk, minyak urut, dan banyak lagi produk-produk yang akan diluncurkannya.
Desa Batang Tajongkek, Pariaman Selatan, merupakan desa pertanian. Kepala Desa Batang Tajongkek, Riko Herianto mengatakan pihaknya saat ini mulai melihat potensi serai wangi.
"Bertani dari dulunya sudah menjadi aktivitas utama bagi kami. Desa kami mulai kembangkan pertanian serai wangi. Ini akan menjadi komoditi unggulan," kata Riko.
Pihaknya ingin lebih meluaskan lagi lahan serai wangi dengan memanfaatkan badan usaha milik desa (BUMDes) Batang Tajongkek. Pengembangan tersebut dengan cara mendirikan pabrik penyulingan serai wangi di desanya.
"Dengan mesin penyulingan canggih akan meningkatkan produksi minyak asitri dari serai wangi," kata dia.
Ia ingin produk serai wangi desanya menjadi yang terbesar di Pariaman. Dengan adanya mesin penyulingan, apalagi atas bantuan Pemko Pariaman, ia optimis produksi minyak asitri serai wangi bisa diekspor ke luar negeri melalui BUMDes.
Perluasan lahan untuk penanaman serai wangi, kata dia bisa dengan optimalisasi lahan tidur yang ada di desanya. Jika desanya kelak menjadi sentra pengolahan serai wangi, ia optimis akan mampu menyerap tenaga kerja. (Desi/OLP)