Pemilik Rumah Sakit Safira Pekanbaru dr. Khairul Nasir, SpOG merupakan tokoh masyarakat Pekanbaru yang banyak membantu warga Piaman di perantauan. Khususnya di bidang kesehatan di rumah sakit sepuluh lantai miliknya.
Meski lahir dan besar di Pekanbaru, Khairul Nasir mengaku dekat dengan kampung halaman. Berawal dari almarhum ayah yang selalu membawanya pulang kampung sekali enam bulan sejak kecil hingga SMP.
Kini sepeninggal Ayah tercintanya, pria kelahiran 1965 itu masih rutin menjenguk kampung halamannya di Lohong dan Sikapak - paling tidak setahun sekali. Beberapa keluarganya masih ada yang berdomisili di Sumatera Barat. Di samping itu, Khairul juga memantau perkembangan kampung halaman. Baik dari segi pembangunan, ekonomi hingga fenomena lainnya di era digitalisasi - yang jika tidak dikelola dengan baik - akan membawa dampak negatif.
Khairul Nasir mendesain rumah sakitnya tampil beda dengan yang lain. Di puncak lantai, ia mendirikan sebuah cafe buat penjenguk pasien dan umum untuk merilekskan diri. Desain tersebut memang tidak umum namun efektif untuk menghilangkan ketegangan penjenguk yang terbiasa dilihat di rumah sakit - rumah sakit lainnya. Keluarga pasien bisa menenangkan jiwanya sembari menunggu sanak keluarga sakit atau yang lagi dirawat.
Ragam menu dan live musik yang disajikan niscaya sedikit banyaknya akan menghibur keluarga pasien. Suara dari cafe tidak akan terdengar di ruang medis. Ia dibangun dan didesain cukup apik dan sangat kedap. Dari lantai paling atas cafe tersebut kita juga dapat melihat keindahan kota Pekanbaru dari atas.
Khairul Nasir mengenang pesan ayahnya akan dua hal. Pertama bantu orang kampung, kedua bangun sebuah masjid.
Kedua pesan ayahnya tersebut satunya telah terlaksana. Dengan rumah sakit yang dimilikinya, pasien asal Piaman Laweh akan mendapatkan diskon khusus dari manajemen rumah sakit. Khairul Nasir sendiri tak jarang langsung turun tangan.
Pesan kedua ayahnya adalah membangun sebuah masjid untuk umum. Dalam waktu dekat pesan tersebut akan dieksekusi oleh Khairul Nasir. Lahan cukup luas dengan lokasi strategis di Simpang Tiga, telah ia siapkan.
"Dalam waktu dekat kita bangun. Itulah pesan ayah kepada saya. Ini harus diwujudkan," ungkapnya di Pekanbaru, Sabtu lalu (4/1).
Di samping sibuk dengan aktivitasnya sebagai dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan), Khairul juga aktif di kegiatan sosial paguyuban perantau Piaman Laweh di Pekanbaru.
Pria low profil berpembawaan tenang - karib disapa Uncu itu - selalu bersedia datang jika dia ada waktu dalam setiap acara yang digelar oleh perantau Piaman di Pekanbaru.
Pekanbaru memang miniaturnya Pariaman dan Padangpariaman. Tidak ada satu korong atau desa dan nagari di Pariaman dan Padangpariaman yang orangnya tidak ada di Pekanbaru.
Latar belakang mereka pun berbeda-beda. Ada kelas pekerja, pengusaha, birokrasi hingga kalangan politisi. Namun jika menyangkut acara paguyuban seperti maulid, pernikahan, mandoa, dll, semua tingkatan sosial pupus. Orang Piaman tidak mengenal 'kasta' dalam tatanan sosialnya. (OLP)
Meski lahir dan besar di Pekanbaru, Khairul Nasir mengaku dekat dengan kampung halaman. Berawal dari almarhum ayah yang selalu membawanya pulang kampung sekali enam bulan sejak kecil hingga SMP.
Kini sepeninggal Ayah tercintanya, pria kelahiran 1965 itu masih rutin menjenguk kampung halamannya di Lohong dan Sikapak - paling tidak setahun sekali. Beberapa keluarganya masih ada yang berdomisili di Sumatera Barat. Di samping itu, Khairul juga memantau perkembangan kampung halaman. Baik dari segi pembangunan, ekonomi hingga fenomena lainnya di era digitalisasi - yang jika tidak dikelola dengan baik - akan membawa dampak negatif.
Khairul Nasir mendesain rumah sakitnya tampil beda dengan yang lain. Di puncak lantai, ia mendirikan sebuah cafe buat penjenguk pasien dan umum untuk merilekskan diri. Desain tersebut memang tidak umum namun efektif untuk menghilangkan ketegangan penjenguk yang terbiasa dilihat di rumah sakit - rumah sakit lainnya. Keluarga pasien bisa menenangkan jiwanya sembari menunggu sanak keluarga sakit atau yang lagi dirawat.
Ragam menu dan live musik yang disajikan niscaya sedikit banyaknya akan menghibur keluarga pasien. Suara dari cafe tidak akan terdengar di ruang medis. Ia dibangun dan didesain cukup apik dan sangat kedap. Dari lantai paling atas cafe tersebut kita juga dapat melihat keindahan kota Pekanbaru dari atas.
Khairul Nasir mengenang pesan ayahnya akan dua hal. Pertama bantu orang kampung, kedua bangun sebuah masjid.
Kedua pesan ayahnya tersebut satunya telah terlaksana. Dengan rumah sakit yang dimilikinya, pasien asal Piaman Laweh akan mendapatkan diskon khusus dari manajemen rumah sakit. Khairul Nasir sendiri tak jarang langsung turun tangan.
Pesan kedua ayahnya adalah membangun sebuah masjid untuk umum. Dalam waktu dekat pesan tersebut akan dieksekusi oleh Khairul Nasir. Lahan cukup luas dengan lokasi strategis di Simpang Tiga, telah ia siapkan.
"Dalam waktu dekat kita bangun. Itulah pesan ayah kepada saya. Ini harus diwujudkan," ungkapnya di Pekanbaru, Sabtu lalu (4/1).
Di samping sibuk dengan aktivitasnya sebagai dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan), Khairul juga aktif di kegiatan sosial paguyuban perantau Piaman Laweh di Pekanbaru.
Pria low profil berpembawaan tenang - karib disapa Uncu itu - selalu bersedia datang jika dia ada waktu dalam setiap acara yang digelar oleh perantau Piaman di Pekanbaru.
Pekanbaru memang miniaturnya Pariaman dan Padangpariaman. Tidak ada satu korong atau desa dan nagari di Pariaman dan Padangpariaman yang orangnya tidak ada di Pekanbaru.
Latar belakang mereka pun berbeda-beda. Ada kelas pekerja, pengusaha, birokrasi hingga kalangan politisi. Namun jika menyangkut acara paguyuban seperti maulid, pernikahan, mandoa, dll, semua tingkatan sosial pupus. Orang Piaman tidak mengenal 'kasta' dalam tatanan sosialnya. (OLP)