Pengembangan sektor perikanan kelautan di daerahnya, kata Genius dikolaborasikan dengan pengembangan sektor pariwisata. Pihaknya akan menyediakan sentra kuliner serba ikan, juga pengembangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang higienis.
"Kami juga akan memodernisasi sarana prasarana perikanan tangkap untuk menunjang produksi ikan. Sedangkan pulau-pulau kecil kita jadikan objek wisata bahari," sebut Genius Umar.
Pihaknya juga berkomitmen menangani pasca panen hasil perikanan segar untuk konsumsi. Di lain pihak, sektor budidaya ikan dengan membangun kolam-kolam, nantinya akan dikombinasikan dengan konsep wisata agro untuk menunjang ekonomi kemasyarakatan.
Dalam pemaparannya langsung di hadapan menteri, materi yang diulas Genius cukup padat dan substansial. Ia menjabarkan kualitas pemukiman nelayan jika ditangani dengan baik, bisa dijadikan destinasi wisata.
Sekaitan dengan itu, konsep Waterfront City yang diadopsi oleh Pariaman, jabar Genius, mulai melihatkan potensinya. Beberapa sungai dan telaga di Pariaman telah dan akan disulap menjadi destinasi yang indah bagi wisata umum.
Pariaman, kata Genius, tidak serta merta menjadi kota maritim. Sejak zaman kolonial dan agresi Belanda, Pariaman merupakan kota basis pertahanan laut Indonesia di pesisir barat Sumatera.
"Dari catatan sejarah, Kota Pariaman adalah pelabuhan tertua di pulau Sumatera. Kota Pariaman pernah dijadikan basis pertahanan saat agresi militer Belanda I 8 Maret 1946. Saat itu Mayor Sulaiman diperintahkan oleh komandan Divisi III Banteng untuk memindahkan Markas Komando TKR Laut Sumatera Tengah ke Pariaman karena kondisi Kota Padang yang sudah tidak aman," Genius mengisahkan.
Markas AL di Pariaman saat itu dinamai Pangkalan Besar Pariaman. Dari fakta sejarah tersebut, Pariaman membangun Monumen TNI AL yang telah diresmikan langsung oleh KSAL, Laksamana TNI Ade Supandi.
Saat berjabat tangan Menteri Edhy Prabowo, Genius mengajak sang menteri mengunjungi kota Pariaman. (Tim)