Foto: Rika |
Botanic Garden Mangrove Pariaman, kata Genius di Pariaman, Senin (14/10), selain menjadi kawasan wisata dan edukasi, bisa juga menjadi kawasan studi bagi para pelajar dan peneliti dalam dan luar daerah.
Untuk tahap awal, kata dia, luas kawasan mangrove yang saat ini masih terbatas, pihaknya akan melakukan perluasan dengan pembebasan lahan atau pembelian tanah masyarakat yang masuk dalam kawasan hutan mangrove tersebut.
Selain perluasan lahan, ia juga berpikir akan menambah kekayaan makhluk hidup lainnya di kawasan mangrove.
"Tergantung hasil riset, mana yang kurang atau mana yang mau ditambah flora maupun faunanya untuk kawasan tersebut,” kata dia.
Mustaid Siregar dari Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan mengkaji keinginan walikota untuk membangun kebun raya mangrove di Kota Pariaman.
Kata dia, pihaknya akan melakukan kajian tentang mangrove, baik dari sisi administrasi dan kajian sisi ekorijen.
"Karena ekorijen mangrove di Sumatera belum ada dan nantinya akan dilanjutkan dengan studi kelayakan, apakah layak atau tidak dijadikan kebun raya. Ekorijen adalah suatu batasan daerah ekologi suatu tumbuhan atau hewan yang terkait dengan budaya,” kata dia.
Dengan melihat kondisi infrastuktur, kata dia, secara fisik tidak ada masalah. Karena membangun kebun raya harus dalam jangka panjang dan tidak boleh dialihfungsikan, harus dikaji status lahannya. Dengan kategori batas luas dan pengelolaannya.
Di Indonesia kebun raya mangrove yang pertama berada di Surabaya. Jika kajian tersebut berjalan dengan baik dan semua berjalan lancar, kata dia, pihaknya nanti akan MoU antara LIPI dengan Pemko Pariaman dan disusul dengan pembuatan master plan.
"Sehingga di Indonesia kebun raya mangrove yang ada di Kota Pariaman menjadi kebun raya mangrove kedua setelah Surabaya,” tandasnya. (Rika/OLP)
"Karena ekorijen mangrove di Sumatera belum ada dan nantinya akan dilanjutkan dengan studi kelayakan, apakah layak atau tidak dijadikan kebun raya. Ekorijen adalah suatu batasan daerah ekologi suatu tumbuhan atau hewan yang terkait dengan budaya,” kata dia.
Dengan melihat kondisi infrastuktur, kata dia, secara fisik tidak ada masalah. Karena membangun kebun raya harus dalam jangka panjang dan tidak boleh dialihfungsikan, harus dikaji status lahannya. Dengan kategori batas luas dan pengelolaannya.
Di Indonesia kebun raya mangrove yang pertama berada di Surabaya. Jika kajian tersebut berjalan dengan baik dan semua berjalan lancar, kata dia, pihaknya nanti akan MoU antara LIPI dengan Pemko Pariaman dan disusul dengan pembuatan master plan.
"Sehingga di Indonesia kebun raya mangrove yang ada di Kota Pariaman menjadi kebun raya mangrove kedua setelah Surabaya,” tandasnya. (Rika/OLP)