Foto: Nanda |
Saat ini, kata dia, konten radikalisme tidak hanya disebarkan dengan metode pertemuan langsung. Konten tersebut juga disebarkan kelompok radikal melalui media sosial yang bisa diakses oleh setiap orang.
"Tidak seluruh informasi yang didapatkan dari internet berisikan informasi yang baik. Informasi itu harus difilter oleh diri sendiri, oleh pemuda," ujarnya usai memimpin upacara peringatan Sumpah Pemuda ke 91 di Balaikota Pariaman, Senin 28 Oktober 2019.
Akibat terpapar radikalisme, pemuda di Indonesia ada yang menjadi pelaku atau kelompok terorisme.
Menurutnya, radikalisme bertujuan untuk memecah belah bangsa. Melalui mementum sumpah pemuda ia berharap dapat membangkitkan idiologi persatuan yang digagas 91 tahun yang lalu.
Dengan idiologi persatuan, perbedaan yang menjadi ancaman bagi persatuan bangsa dapat dijadikan potensi positif untuk kemajuan bangsa.
"91 tahun yang lalu, pemuda kita membangkitkan idiologi persatuan. Menyatukan perbedaan mereka. Jangan sampai paham-paham negatif merusaknya," tandasnya. (Nanda)