Foto: Andri |
GSMS tersebut merupakan hal yang baru di Kabupaten Padangpariaman.
"Kegiatan ini sudah lama ada, namun kita kurang membuka informasi tentang ini. Di Aceh rata-rata GSMS sudah berjalan," kata Suhatri Bur.
Ia berpesan jangan sampai GSMS tidak dipahami oleh kepala sekolah dan menganggap akan mengganggu proses belajar mengajar.
"Malah sebaliknya, GSMS akan membantu untuk memberikan pelajaran seni dalam sekolah," sambungnya.
Ketua OPSI Padangpariaman itu mengatakan bahwa kontrak GSMS berjalan 4 bulan dan berlangsung pada 27 kali pertemuan. Dia berharap seniman dapat menjadi teladan siswa nantinya. Di lain pihak, Suhatri Bur berharap kepada seniman untuk menjaga sikap, cara berpakaian dan berpenampilan menyesuaikan dengan lingkungan sekolah.
"Kegiatan ini adalah workshop bukan seminar. Workshopnya tentang sistem pembicaraan timbal balik," sebutnya.
Ia berharap agar seluruh seniman bisa memberikan ilmu kesenian dan budaya serta membangun rasa cinta akan budaya kepada anak-anak yang diajarkan.
" Diharapkan nantinya ilmu yang didapat hendaknya dipraktekkan serta saling berbagi dengan sekolah lain yang belum berkesempatan untuk dapat mengikuti kegiatan ini," kata dia.
Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ia meminta agar merencanakan pembangunan panggung seni sebagai ajang bagi talenta muda mengeksplorasi bakatnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Yarnizen mendukung segala bentuk kegiatan seni di wilayah Padangpariaman.
Peserta kegiatan terdiri dari 10 Kepala Sekolah Dasar, 11 Kepala Sekolah Menengah Pertama, 21 orang seniman yang direkrut dari sistem online, 21 asisten seniman yang direkrut langsung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta 15 Panitia penyelenggara.
"Ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya, dan menjadi tahun pertama bagi Kabupaten Padangpariaman sebagai penyelenggara," jelas Yernizen. (Tim)