Foto: Desi |
Mubaligh bertani yaitu program pemberdayaan pertanian melalui para mubaligh dan tokoh agama setempat berupa kegiatan satu rumah dengan satu kolam dan satu penangkar tanaman hias yang lebih dikenal dengan istilah aquakultur.
Walikota Pariaman, Genius Umar berkata bahwa peran mubaligh sangat penting dalam mensosialisasikan program itu. Selain mereka sebagai penyiar agama, mubaligh juga bisa melakukan perubahan sosial.
"Supaya masyarakat yang belum produktif menjadi produktif," kata dia.
Pada 2019, kata dia, sekitar 156 Kepala Keluarga (KK) telah dibantu dan dibina oleh Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman dalam hal bertani dan beternak ikan. Di antara 156 KK tersebut, 25 di antaranya adalah mubaligh.
“Jadi semua ini adalah program kolaborasi antara pemerintah, kemenag dan mubaligh untuk meningkatkat produktivitas masyarakat dalam memanfaatkan lahan kosong dan terlantar. Mubaligh adalah contoh bagi masyarakat, karena disamping mereka berceramah di malam harinya, waktu kosong mereka di siang hari bisa mereka manfaatkan untuk bertani atau beternak ikan,” ujar dia.
Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman, Dasril mengatakan dinasnya akan mengumpulkan 71 mubaligh atau penyuluh agama yang ada di Kota Pariaman untuk dilatih pertanian dan peternakan.
"Bagi penyuluh agama wanita mereka bisa berlatih mengembangkan budidaya tanaman hias, sehingga nantinya, Pemko Pariaman tidak perlu lagi membeli bibit tanaman hias ke Lubuk Minturun tapi cukup disediakan oleh penangkar-penangkar tanaman hias yang ada di Kota Pariaman," tandasnya. (Desi/OLP)