Secara nasional, 2018 merupakan tahun linangan air mata, dengan bencana silih berganti. Ribuan saudara kita sebangsa dan se Tanah Air menjadi korban bencana gempa dan tsunami. Indonesia bersedih, air mata tertumpah. Para orangtua kehilangan anak tercinta, suami kehilangan istri dan sebaliknya, anak-anak kehilangan orangtua, dan para sahabat kehilangan teman karibnya.
Bencana bak sambung menyambung. Belum habis di sini, timbul di sana. Selain bencana alam, musibah tragis jatuhnya pesawat Lion Air yang menewaskan seluruh penumpangnya, juga menorehi kalender duka 2018.
Untuk Pariaman sendiri, 2018 adalah tahun politik yang amat berat. Aksi saling dukung-mendukung pasangan kepala daerah merupakan santapan warga tiap harinya hingga terpilihnya kepala daerah baru pada Juni 2018. Terdapat dua tipe pendukung dalam setiap kontestasi politik: moderat dan radikal. Dan itu juga terjadi di Pariaman: bahkan dengan volume yang menghentak/ngebass.
Perjalanan Pilkada Pariaman 2018 diwarnai saling mempolisikan oleh para pendukung. Kubu A melaporkan kubu B, begitu juga sebaliknya. Tidak netralnya walikota Mukhlis Rahman selaku kepala daerah kala itu, kian memanaskan suhu politik pilkada.
Dukungan ASN terbelah. Ada yang ikut gerbong Mukhlis selaku walikota yang mendukung Mahyuddin-M Ridwan dan ada ASN militannya ke Genius Umar-Mardison Mahyuddin. Masa kampanye yang panjang juga membuat tidak idealnya suhu politik Pariaman kala itu. Kin, Genius-Mardison telah menjabat walikota dan wakil walikota. Sejumlah pekerjaan berat telah di depan mata. Janji-janji kampanye mereka, tugas kami pula mengawalnya.
Selain politik, juga terjadi sejumlah bencana di wilayah Pariaman dan kabupaten Padangpariaman di sepanjang 2018. Banjir, longsor, kebakaran hingga putusnya sejumlah jembatan akibat tingginya curah hujan yang memakan korban jiwa.
Kini, kita telah menginjakkan kaki di tahun 2019. Tahun Babi Tanah, kata horoscope Tionghoa. Di tahun ini, sejumlah PR besar telah menanti. Secara nasional kita akan memilih presiden dan wakil presiden, di daerah kita akan memilih wakil-wakil rakyat. Hingga saat ini, gaung pemilu serentak 2019 tidak sekuat Pilkada Pariaman 2018 daya hentaknya.
Di media sosial, khusus Piaman, dalam pantauan masih dalam taraf wajar. Tampaknya masyarakat lebih mementingkan walikotanya ketimbang siapa yang akan jadi presiden dan wakil rakyat. Semoga 2019 membawa berkah bagi kita semua. (OLP)