Kepala Bakespangpol Sumbar Nazwir. Foto: Nanda |
Penyebaran paham radikalisme saat ini, kata dia, mulai mengincar generasi muda dan pelajar sebagai sasaran. Instansi dan lembaga pendidikan, ikut dijadikan celah menanamkan paham tersebut.
"Siswa harus membentengi diri dari paham radikalisme yang mengincar anak muda dan lembaga pendidikan menjadi sasaran. Anak muda yang masih mencari jati diri, rentan terdoktrin dengan paham ini," kata dia saat membuka kegiatan penguatan wawasan bela negara bagi siswa dan generasi muda Sumatera Barat di INS Kayutanam, Padangpariaman, Senin (12/11).
Kekuatiran akan dijadikannya sekolah sebagai sasaran penyebaran paham radikalisme tersebut bukanlah tanpa sebab. Sekolah sebagai media sosialisasi eksternal anak, rentan tersusupi penyebaran paham tersebut. Penyebaran bisa saja dilakukan oleh tenaga pendidik yang terpapar paham radikalisme.
Paham radikaslime juga mulai disebarkan melalui media sosial. Situs dengan konten radikalisme bisa diakses anak muda dan pelajar. Penyebaran radikalisme melalui situs internet, sulit diawasi. Kadang penyebarannya melalui aplikasi WhastApps dan aplikasi media sosial lain.
Dikatakan Nazwir, pencegahan penyebaran paham radikalisme dapat dilakukan dengan banyak hal. Pertama, dengan upaya "early detection". Pemerintah memonitor sedini mungkin penyebarannya melalui aparatur intelijen, dan didukung masyarakat.
Upaya kedua, pencegahan dapat dilakukan dengan penguatan wawasan kebangsaan serta melakukan pendidikan bela negara di lingkungan sekolah. Selain dilakukan Bakesbangpol Sumatera Barat, pendidikan bela negara dan wawasan kebangsaan juga dilakukan Bakesbangpol dan Kantor Kesbangpol tingkat kabupaten/kota di Sumatera Barat.
"Hasil koordinasi kita di Kominda, FKDM sementara ini belum kita temukan siswa yang terpapar paham radikal, begitu juga dengan lembaga pendidikan juga belum kami temukan. Namun, kita perkuat langkah pencegahan dengan pendidikan wawasan kebangsaan dan bela negara," ulasnya.
Ia menyebut komposisi masyarakat Sumatera Barat yang homogen dan pengaruh kultur sosial masyarakat Sumatera Barat yang berempati, sangat bisa mendeteksi penganut paham radikalisme yang cenderung bersikap eksklusif dan menyendiri.
"Kultur budaya Minang bisa mendeteksi itu. Sikap masyarakat yang saling mengenal dan saling berempati, akan mudah mendeteksi penganut paham radikalisme yang cenderung bersikap ekslusif," kata dia. (Nanda)