Genius-Mardison di antara korban gempa di tenda pengungsian. Foto: istimewa |
Di antara para pengungsi Genius-Mardison berbaur. Walikota lulusan S3 dari IPB itu juga sempat menceritakan bagaimana dahsyatnya gempa yang melanda Pariaman pada 30 September 2009 - 9 tahun lalu. Saat itu, sebut Genius, ribuan masyarakat mengungsi karena rumahnya roboh dan rusak parah akibat guncangan gempa bermagnitudo 8,4. Persis seperti yang dialami oleh warga Sulawesi Tengah saat ini.
Gempa yang kemudian dikenal dengan G 30S Sumbar itu, akhirnya ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bencana nasional. Oleh sebab itu, kata Genius, ia bisa merasakan apa yang saat ini dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Tengah pasca gempa dan tsunami.
Ia menceritakan saat gempa yang melanda Sumbar kala itu di mana hampir semua fasilitas umum rusak parah dan hancur akibat gempa. Bahkan satu perkampungan di Padangpariaman terkubur oleh longsor akibat kuatnya guncangan gempa. Akibatnya ratusan KK yang tidak bisa dievakuasi, akhirnya perkampungan itu dijadikan pemakaman massal.
"Musibah jangan membuat kita menyerah dan putus asa. Ayo bangkit dan bangun apa yang telah hancur. Kami pernah merasakan hal yang sama," kata Genius menyemangati korban gempa di tenda pengungsian.
Genius yang sebelumnya juga menyerahkan bantuan kepada korban gempa Lombok di Nusa Tenggara Barat, mengatakan bahwa Sulawesi Tengah merupakan saudara bagi warga Sumatera Barat karena merupakan bagian dari NKRI.
"Ibarat tubuh, kita adalah satu. Apabila di suatu tempat mendapat musibah maka daerah lain juga merasakannya. Kita adalah satu dalam kerangka NKRI," ungkapnya.
Ia mengimbau korban gempa agar tabah menerima cobaan. Yang harus dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Tengah adalah kembali bangkit membangun dan menata daerahnya kembali seperti sedia kala. (OLP)