Prosesi maambiak tanah. Dokumentasi/istimewa |
Tuo Tabuik Pasa bernama Zulbakri mengatakan, prosesi Tabuik dimulai dengan pengambilan tanah atau maambiak tanah. Tanah menyimbolkan manusia tercipta dari sebongkah tanah dan dikembalikan ke tanah.
"Proses dan ritual Tabuik adalah mengenang cucu kesayangan Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib yang wafat tragis di Padang Karbala," ujarnya di Pariaman, Rabu (5/9).
Pria yang akrab disapa Metek ini menjelaskan bahwa yang akan disiapkan saat prosesi ritual maambiak tanah tersebut, mulai dari memnyiapkan peralatan seperti panja, baki, bendera, jarabuka (telong telong), lampu togok, kain putih dan alat lainnya. Kemudian semua alat ini diarak ke lokasi yang menjadi tempat untuk maambiak tanah. Tabuik Pasa di kelurahan Alai Galombang dan Tabuik Subarang di Desa Pauah.
Tanah yang diambil kemudian dibungkus dengan kain putih lalu dimasukkan ke belanga yang juga dibungkus kain putih dan diletakkan di daraga masing-masing dua kelompok Tabuik.
Tuo Tabuik Subarang Syafrudin Cuuang menambahkan, proses maambiak tanah dilakukan pada waktu yang berbeda di kedua kelompok Tabuik. Untuk kelompok Tabuik Pasa dilakukan setelah salat maghrib dan kelompok Tabuik Subarang sesudah salat asyar.
“Maambiak tanah Tabuik Subarang dimulai di Simpang Ahmadin berbeda dari tahun sebelumnya. Tanah yang diambil pun ada ketentuannya, yaitu tanah harus bergetah dan tidak tanah di permukaan sungai,” kata dia.
Kata Cuuang, berbagai pergeseran dan perubahan sudah banyak terjadi pada prosesi Tabuik. Namun Tuo Tabuik masing-masing berharap agar pemerintah tidak menghilangkan nilai adat dan budaya yang ada.
"Lokasi basalisiah (lokasi pertemuan) antara kedua kelompok Tabuik di Simpang Tabuik hendaknya dibersihkan dari tumpukan batu dan kerikil. Karena tempat lokasi tersebut sedang ada perbaikan jalan, ini bisa mengundang perkelahian," tutupnya. (Ira/Eri/OLP)