Dokumentasi Tabuik 2017. Foto: Win |
Tari Kolosal bertajuk "Pariaman Baralek Gadang" itu dimainkan oleh 60 orang penari dan 110 orang pemusik.
"Para penampil dari pelaku seni yang ada di sanggar-sanggar di Pariaman. Khususnya untuk posisi 60 orang penari tersebut," ungkap Eka Fitria - penanggungjawab Tari Kolosal Hoyak Tabuik 2018 - di Rumah Tabuik Pasa, Senin (17/9).
Sedangkan untuk pemusik berjumlah 10 orang, kata Eka Fitria, berasal dari mahasiswa asal Kota Pariaman di ISI Padangpanjang dan sendratasik UNP Padang dengan latar belakang musik dan tari.
Dikatakannya bahwa karya kolosal itu terdiri dari tiga bagian. Bagian awal menggambarkan prosesi tabuik mulai dari maambiak tanah dengan penari dengan menggunakan kostum serba putih.
Bagian kedua menggambarkan prosesi maarak jamba dengan memakai propertis tuduang saji atau jamba yang menggambarkan tradisi orang Pariaman ketika makan bajamba. Sedangkan bagian ketiga menampilkan tari piriang, kesenian tradisional di Minangkabau dengan gerakan dasar silek dan indang Pariaman.
Proses pembuatan karya ini membutuhkan waktu kurang lebih dua bulan persiapan, sebanyak 20 kali pertemuan dengan jadwal latihan hari Jumat, Sabtu, Minggu di Rumah Tabuik Pasa dan SMK 4 Pariaman.
Hingga pada hari ini, jelas dia, kesiapan karya sudah mencapai 90 persen menjelang penampilan pada acara puncak tanggal 23 September.
Dalam karya itu, lanjut guru di SMK 4 Pariaman ini, pihaknya juga melibatkan kurang lebih 100 orang seniman tradisi gandang tambua yang ada di Kota Pariaman dengan konsep membentuk dua kubu antara Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang yang mewakili konsep tabuik itu sendiri.
Wanita tamatan ISI Padangpanjang ini berharap dengan adanya karya tari kolosal dapat menyatukan seniman dan pelaku seni yang ada di Kota Pariaman.
"Semoga karya ini menjadi motivasi untuk kita semua bahwa seniman harus bersatu untuk memajukan pariwisata yang ada di Kota Pariaman," tutupnya. (Win/OLP)