Foto: Phaik |
Berbagai tantangan dan rintangan harus dihadapi petugas survei di lapangan dalam mendapatkan data yang benar, akurat, dan kongkrit.
Seperti yang dilakukan oleh seorang petugas pendataan dari BPS Kota Pariaman bernama Yuni Lastri. Yuni selain bersusah payah, juga tabah dalam upaya meminta data masyarakat.
"Tidak jarang banyak warga yang tidak mau didata dengan alasan berbagai hal. Bahkan ada yang langsung menolak mentah-mentah kedatangan kami di rumahnya," ungkap Yuni di Pariaman, Selasa (24/9).
Padahal, sambung Yuni, Susenas merupakan inti dari data BPS yang mengumpulkan informasi/data kependudukan, kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, perumahan, serta konsumsi dan pengeluaran.
Yuni berharap kepada masyarakat apabila ada petugas pendataan yang datang untuk meminta data dan memakai identitas resmi dari BPS Kota Pariaman, diperlakukan dengan baik. Karena ini merupakan pendataan yang dilakukan secara nasional.
"Ini juga merupakan kebutuhan negara kita. Dari data tersebut akan lahir kebijakan-kebijakan pemerintahan guna memenuhi kebutuhan masyarakat," imbuhnya.
Susenas sendiri pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963, dan masih berlangsung hingga saat ini setiap dua kali dalam setahun.
Rida (45), ibu rumah tangga di Pariaman Tengah, mengaku tidak keberatan dikunjungi petugas survei. Tapi, kata dia, kadang kedatangan petugas bertepatan dengan acara tertentu yang membuatnya tertahan beberapa saat di rumah.
"Pernah bertepatan dengan acara baralek dan kebetulan kita berangkat rombongan. Karena segan menolak petugas, terpaksa suruh teman berangkat dahulu," kata dia.
Ia juga memaklumi ada beberapa warga yang enggan disurvei karena alasan yang tidak jelas seperti merasa curiga.
"Kita hidup di zaman sekarang kan sering ada penipuan seperti gendam. Mungkin rasa curiga itu tadi yang membuat sebagian masyarakat pilih jalan aman dengan menolak. Tapi jika petugasnya bawa kartu pengenal resmi dan sudah disosialisasikan terlebih dahulu, sepertinya hal seperti itu tidak terjadi," katanya. (Phaik/OLP)