Johana foto bersama dengan Tati dan siswa SMK 2 Pariaman di Rumah Tabuik Subarang. Foto: Junaidi |
Wanita berkulit putih bak salju penyandang gelar Magister di Universitas Bayreuth Jerman ini, memiliki hobi traveling keliling dunia. Ia gemar mempelajari kebudayaan negara-negara yang ia singgahi.
Ia baru tiba di Kota Pariaman Jum'at malam dan ingin melihat Rumah Tabuik. Sayangnya saat kedatangannya, Tabuik Piaman sudah dibuang ke laut beberapa hari lalu.
Johana mengaku tertarik berkunjung ke Pariaman setelah mendengar penjelasan dari profesornya di Jerman yang menguraikan keunikan budaya Pariaman.
"Karena itu saya ke sini. Sekarang saya lagi berada di Padang, di Universitas Bung Hatta, kerjasama kampus kami dengan Universitas Bung Hatta," kata dia di Rumah Tabuik Subarang, Alai Gelombang, Pariaman Tengah, Sabtu (29/9).
Perempuan berbadan langsing itu menyempatkan diri mengenakan baju Kuruang Basiba yang diberikan oleh guru Bahasa Inggris SMK Negeri 2 Pariaman, Yan R Hastati yang mendampinginya bersama sejumlah murid SMK Negeri 2 Pariaman.
Johana bercerita tentang keunikan Pariaman yang ia dengar. Di antaranya profesi 'Tukang Baruak' yang mempekerjakan monyet memanjat dan memetik buah kelapa.
"Saya sangat penasaran dengan cerita monyet yang bisa memetik kelapa, karena itu saya ingin melihatnya secara langsung. Dan hari ini saya telah melihatnya. Sungguh unik dan mengagumkan," katanya.
Johana mengaku kali pertama berkunjung ke Sumatera Barat dan Kota Pariaman. Selama 3 minggu berada di Sumbar, ia ingin menghabiskan waktu melihat kebudayaan lokal.
"Masyarakat di sini sangat ramah, suka tersenyum, dan baik. Hal ini membuat saya kerasan berada di sini," ucapnya.
Tati, sapaan guru Bahasa Inggris SMK Negeri 2 Pariaman yang mendampingi Johana mengatakan, Johana akan memanfaatkan waktu luangnya Sabtu-Minggu ke Pariaman. Johana saat ini tinggal di hunian milik Universitas Bung Hatta di Padang.
"Dari tadi malam kami telah melihat Simpang Tabuik dan Pasar Pariaman. Tadi melihat atraksi beruk panjat kelapa di Desa Ujuang Batuang. Selanjutnya besok ke pantai dan pulau," ungkapnya.
Kepada Tati, Johana sempat menanyakan warna perahu di Tugu Sabiduak Sadayuang depan Balaikota Pariaman, Hitam, Merah, Kuning, karena sama dengan warna bendera negaranya Jerman.
"Kepadanya saya menjelaskan bahwa warna-warna tersebut memiliki arti dan makna bagi suku Minangkabau," pungkasnya. (Juned/OLP)