Foto ilustrasi MOS/istimewa/kabarjambi.net |
Kegiatan MOS dilaksanakan saat menyambut siswa baru di tingkat SMA ataupun SMP. Terkadang mengarah kegiatan yang bersifat perpeloncoan dan kekerasan.
“Pihak sekolah harus mengawasi kegiatan MOS agar jangan ada unsur kekerasan dan perpeloncoan. Tujuan awal memang adalah untuk mengenalkan siswa baru dengan lingkungan sekolah, namun jika tidak diawasi, kita kuatir praktik perpeloncoan itu terjadi,” ujar anggota DPRD Kota Pariaman dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kota Pariaman, Mulyadi di Pariaman, Senin (9/7) siang.
Dikatakannya, fenomena perpeloncoan harus dihilangkan dari lingkungan sekolah. Dimulai dari perpeloncoan saat penerimaan siswa baru, hal itu berkembang seolah menjadi sebuah tradisi.
Ia meminta agar MOS tidak diserahkan pelaksanaannya kepada pengurus OSIS sepenuhnya. Namun diselenggarakan oleh pihak sekolah, dan melibatkan OSIS pada kegiatan tertentu saja.
Menurut Mulyadi, salah satu kegiatan positif yang dapat diangkat pada kegiatan MOS adalah outbond. Kegiatan tersebut, bukan hanya menguji ketangkasan siswa saja, namun sejumlah nilai-nilai positif ikut ditanamkan.
Kegiatan keagamaan dan penyuluhan juga bisa dilakukan mengisi masa orientasi dengan melakukan kerjasama dengan sejumlah pihak terkait.
“Bisa dikemas kegiatan lain, misalnya MOS itu dengan kegiatan outbond. Ada permainan yang menanamkan nilai-nilai positif seperti nilai tentang kepemimpinan, kekompakan, disiplin, saling berbagi. Kegiatan yang seperti ini jauh lebih baik dibandingkan dengan dandanan siswa yang menggunakan dasi yang terbuat dari plastik atau menggunakan topi dari ember,” pungkasnya. (Nanda)