Foto/Ira |
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Sedangkan di Kota Pariaman tercatat 7.228 jumlah balita yang ada dan 863 balita (11.1%) menderita stunting pada 2017. Oleh karena itu Pemerintah Kota Pariaman terus berusaha berupaya melakukan intervensi masalah stunting. Hal ini terungkap saat rapat koordinasi dalam rangka intervensi penurunan stunting di ruang pertemuan Hotel Safari Inn, Selasa (5/6).
Walikota Pariaman Mukhlis Rahman yang membuka secara resmi acara tersebut mengatakan faktor penyebab stunting salah satunya adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun.
“Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. Sehingga investasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa intervensi gizi perlu dilakukan dalam bentuk edukasi secara berkesinambungan kepada masyarakat, terutama orang tua.
“Orang tua harus paham betul kebutuhan nutrisi anak, makanan yang baik dan tidak baik, serta tidak terpengaruh gaya hidup yang serba instan serta iklan-iklan produk makanan anak yang kadang menjanjikan hal yang berlebihan,” tambahnya.
Ia mengatakan penurunan stunting merupakan tugas bagi semua pihak karena hal ini terkait dengan masa depan anak kelak yang menjadi estafet pembangunan bangsa.
“Kita aktifkan kembali kerja tim Kesehatan Ibu Peduli Anak Sehat (KIPAS) di Kota Pariaman agar upaya penurunan stunting menjadi optimal,” pungkasnya. (Ira/OLP)