Foto: Reuters/istimewa |
Sejumlah perwakilan tokoh ulama, pendeta dan dewan stasi gereja tanpak hadir dalam pertemuan terbatas di Makodim 0308/Pariaman Jl. Soekarno-Hatta Nomor 55 Pariaman pada Selasa (14/5) pagi.
Pemimpin lintas agama, jajaran Kodim 0308, Kemenag dan Kepolisian foto bersama di Makodim. Foto/Nanda |
Pada pertemuan itu, tokoh yang hadir juga memastikan pasca serangan teror bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, tidak menganggu kerukunan antar umat beragama di Padangpariaman dan Kota Pariaman.
Dandim 0308/Pariaman Letkol Arh Hermawansyah mengatakan, serangan terorisme dapat menimbulkan dampak meluas jika tidak disikapi dengan bijak. Aksi serangan teror bom secara serempak di sejumlah titik di Jawa Timur diklaim oleh pelaku mengatasnamakan agama. Hal itu rawan meningkatkan sentimen antar pemeluk agama.
"Makanya perlu kita duduk bersama agar semua ini tidak salah persepsi. Ini bukan persoalan agama jelas murni kriminal, jangan sampai tindakan beberapa orang melakukan teror dianggap sebagai tindakan bersama atas nama agama tertentu. Melalui pertemuan ini jelas bahwa semua pihak mengecam. Tidak ada pembenaran bagi agama manapun melakukan teror sampai menghilangkan nyawa orang lain apalagi mengatasnamakan jihad," terangnya.
Ia mengatakan, Kodim 0308/Pariaman telah melakukan kontra dan upaya ciptakondisi menangkal paham radikalisme dan sentimen keagamaan pasca serangan teror. Kontra tersebut dilakukan dengan pemasangan spanduk bermuatan menjaga kerukunan antar umat beragama, teroris musuh bersama, dan keberagamaan itu indah.
"Saya perlu ditekankan dalam penyampaian ceramah ataupun di rumah ibadah, jika serangan teror itu bukan dilakukan agama tertentu agar tidak ada pemeluk agama yang terprovokasi paska kejadian di Surabaya ini," sebut dia.
Menurut Hermawansyah, pencegahan penyebaran paham radikalisme adalah tanggung jawab bersama. Seluruh pihak wajib ikut serta melakukan pencegahan terhadap paham yang menjadi benih terorisme di Indonesia.
"Dapat mencegah kegiatan yang mengarah pada garis keras dan mengalihkannya kepada kegiatan bersifat positif, seperti kegiatan pembauran antar umat beragama. Kegiatan yang mengandung unsur kekerasan seperti MOS di sekolahan bisa menjadi cikal bakal lahirnya terorisme," ajaknya.
Ia menilai, Sumatera Barat yang dikenal sebagai daerah yang homogen, masih terbilang aman dari target serangan teror atau beramaliyah. Namun, Sumatera Barat rawan dijadikan sebagai daerah transit, basis perekrutan anggota dan lokasi istirahat atau perencanaan.
Kecaman serupa juga disampaikan ketua MUI Kabupaten Padangpariaman Sofyan Marzuki Tuanku Bandaro. Ia menyatakan, serangan teroris yang dilakukan pihak yang mengklaim diri sebagai tindakan sebagai umat pemeluk agama, jelas mencoreng semangat toleransi antar ummat beragama di Indonesia. Toleransi yang selama ini terbangun, rusak oleh aksi teror tersebut.
Ia menilai, minimnya penanamanan ideoligi Pancasila, membuat ideologi radikalisme subur di Indonesia. Apalagi, pasca dihapuskan program dan mata pelajaran P4 di sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia.
"Sebagai kontra radikalisme ini, kita harus tekan dan tanamkan ideologi Pancasila kepada generasi muda. Saat ini banyak generasi muda yang tidak memahami Pancasila," pungkasnya.
Sementara, Dewan Stasi Gereja Katolik Pasar Usang Batang Anai, Padangpariaman, Yohannes Naiboho berbelasungkawa atas serangan teror bom yang terjadi. Menurutnya, dalam serangan di beberapa gereja pada hari Minggu (13/5) silam, tidak hanya korban dari pihak Nasrani, namun juga pihak muslim yang turut menjadi korban. Katanya, pihaknya juga bertanggung jawab menjaga keamanan dan kerukunan antar umat beragama di Sumatera Barat.
"Kita tetap mendoakan agar kelompok teroris yang masih berniat melakukan teror agar bertaubat. Kekerasan tidak akan menang. Kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.
Yohannes menilai, penangkalan terorisme dan radikalisme dimulai dari rumah tangga. Upaya tersebut merupakan langkah pertama mencegah radikalisme dengan optimalisasi pendidikan di lingkungan keluarga yang menumbuhkan sikap peduli sosial.
Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kota Pariaman, mengatakan, perilaku terorisme disebabkan oleh dangkalnya pemahaman aqidah dan wawasan keagamaan umat pemeluk agama. Diperlukan optimalisasi pendidikan agama guna mencegah perkembangan paham radikal.
"Selain unsur aqidah dan agama, pelaku terorisme juga disebabkan oleh motif ekonomi. Awalnya karena motif ekonomi dulu," ujarnya.
Pihaknya akan mengoptimalkan mubaliq yang ada di Pariaman untuk menyampaikan paham Islam Rahmatal Lil Alamin. Hal itu makin dioptimalkan dalam penyampaian tausiayah selama bulan Ramadhan.
Kapolres Pariaman, AKBP Andry Kurniawan, mengatakan, aksi terorisme selain motif ekonomi juga motif ideologi. Dalam pandangan ideologi radikalisme pelaku bom bunuh diri menyebut teror bom bunuh diri sebagai bentuk amaliyah.
"Ini adalah kesalahan berfikir. Tidak ada pembenaran dalam agama Islam melakukan pembunuhan terhadap orang lain," katanya. (Nanda)