Ketua LKAAM Pariaman Mukhlis Rahman beri sambutan pada acara raker LKAAM Kota Pariaman di Balairung Walikota Pariaman. Foto/Eri Elfadri |
"Sudah berapa banyak anak kemenakan kita yang masuk penjara karena narkoba, judi, miras. Sudah berapa banyak juga anak kemenakan kita yang meninggal karena miras. Itu adalah problem-problem spesial yang harus kita benahi," ungkap Mukhlis yang juga Ketua LKAAM Pariaman itu.
Mukhlis berkata, meski pemerintah Sumatera Barat sudah mencanangkan gerakan kembali ke surau dan kembali ke nagari, namun belum terlaksana semestinya.
"Masih banyak yang bersifat retorika dan masih banyak yang belum mengimplementasikannya. Namun, Kota Pariaman sudah mengimplementasikannya melalui program maghrib mengaji,” kata dia.
Mukhlis juga menyinggung tentang etika berpakaian generasi muda sekarang. Seperti halnya baju kuruang basiba banyak yang tidak memakainya. Termasuk juga adat istiadat dalam perkawinan, pelaminan sekarang banyak terletak di luar rumah atau di pekarangan rumah.
"Seharusnya pelaminan terletak di dalam rumah dan bentuk pelaminan pun sudah banyak berubah akibat perkembangan kemajuan zaman," imbuhnya.
Ia berharap pertemuan LKAAM bukan hanya melahirkan kesepakatan di atas kertas saja, tapi juga bisa diimplementasikan di dalam masyarakat. Pemerintah desa bisa memanfaatkan dana desa untuk pelestarian adat istiadat dan pelestarian nilai-nilai tradisional.
Dalam kesempatan yang sama, Bundo Kanduang Sumatera Barat Puri Retno Raudhah Taib hadir sebagai salah seorang narasumber. Bundo mengatakan, sikap hidup masyarakat Minang dibentuk oleh rujukan yang jelas dan sudah ditetapkan berdasarkan filosofi adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
"Artinya rujukan hidup orang Minang adalah agama Islam yang dianut, yang dijalankan, dan yang diamalkan. Yang kedua adalah adat kita di Minangkabau yang bersandikan kepada kitabullah,",terangnya. (Tim/OLP)