WalikotaMukhlis Rahman foto bersama dengan alumni Biologi FMIPA UNAND angkatan 78 di Dermaga Pulau Angso Duo. Foto/Eri Elfadri. |
Sebanyak 200 mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (UNRI), dan 40 alumni FMIPA UNAND angkatan 78-79 mengadakan aksi sosial bersih-bersih Pulau Angsoduo, Sabtu (21/4).
Selain aksi peduli lingkungan, rombongan ini juga melakukan penanaman dan pemberian nama mangrove di hutan mangrove Pariaman di kawasan Penangkaran Penyu.
Walikota Pariaman Mukhlis Rahman---salah satu Alumni FMIPA UNAND angkatan 78-79---mengatakan, ajang tersebut sekaligus dimanfaatkan ajang silaturahmi para alumni. Saat ini para alumni tentu telah menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, kata Mukhlis, pihaknya mengapresiasi Universitas Riau yang telah menunjuk Kota Pariaman sebagai tempat praktek lapangan bagi mahasiswanya. "Hal itu akan menjadi kegiatan yang sarat akan nilai positif di samping kunjungan wisata," ucap Mukhlis.
Dalam upaya menjaga kebersihan pulau secara parsial, imbuh Mukhlis, ke depan pihaknya akan memberikan kantong plastik kepada setiap pengunjung pulau ketika akan berangkat dari dermaga Pantai Gandoriah.
"Sehingga pengunjung akan membawa kembali kantong plastik tersebut yang berisi sampahnya selama di pulau,” ungkapnya.
Peserta aksi bersih Pulau Angsoduo tampak menikmati seluruh rangkaian acara di pulau yang memiliki luas 1,8 hektare tersebut. Pulau hanya berjarak 1,6 mil laut dari bibir pantai Gandoriah.
Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNRI yang juga Dosen Biologi Radit Mahatma, mengaku keindahan Pulau Angsoduo begitu memesona. Ia juga terkesan dengan bentang alam Pariaman saat dilihat dari gugus pulau tersebut.
“Pulau Angsoduo sudah amat terkenal di dunia maya. Siapa yang tak kenal Pulau Angsoduo di "jaman now". Dengan adanya dermaga, penataan yang rapi, keanekaragaman hayati yang terjaga, begitu mengesankan bagi saya," ucapnya.
Lain lagi dengan mahasiswa Biologi FMIPA UNRI Abrar Yusra. Ini adalah kunjungan perdana baginya. Abrar berkata, air yang jernih membuatnya menceburkan diri berenang sambil melihat biota laut yang ada. Ia juga menemukan karang lunak yang ia ambil sampelnya untuk diteliti.
“Kondisi ini harus terus dijaga. Penelitian nantinya dapat dijadikan solusi atau rekomendasi kepada Pemko Pariaman untuk menjaga terumbu karang yang ada di pulau sehingga timbul kesadaran para wisatawan dan pengunjung pulau untuk menjaga kebersihan dan keanekaragaman hayati yang ada," sebutnya.
Sampah yang dikumpulkan dalam kegiatan itu langsung diangkut ke darat menggunakan kapal wisata dibantu oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pariaman. Kapal BPBD juga andil dalam kegiatan tersebut.
Pulau Angsoduo selain ikon utama wisata Pariaman juga menjadi lokus berbagai disiplin ilmu. Di antaranya ilmu sejarah yang meneliti keberadaan makam dan peradaban pulau, ilmu parapsikologi yang mengkaji hal-hal mistik, hingga pakar ilmu alam yang dikirim langsung oleh National Geographic guna meneliti ragam biota laut di pulau itu.
Di Pulau Angsoduo, sebagaimana diketahui terdapat makam panjang Katik Sangko. Selain makam Katik Sangko juga terdapat sekitar 9 makam lagi yang dinisannya bertuliskan Arab Melayu merujuk abad ke-14.
Selain makam, di pulau tersebut terdapat satu sumur "keramat". Bagaimana tidak, sumur berair jernih itu dibuat dari susunan kerang yang belum diteliti secara pasti berapa umurnya.
Wakil Walikota Pariaman non aktif Genius Umar, suatu ketika pernah mengatakan bahwa peradaban Pulau Angsoduo erat kaitannya dengan perjuangan pengembangan agama Islam di pesisir Pulau Sumatera.
"Hal ini telah diteliti dan dipublikasikan secara luas oleh media nasional dan media televisi asing. Pulau Angsoduo bukanlah mitos, tapi bagian dari sejarah pengembangan agama Islam pertama di pesisir Sumatera," ungkapnya waktu itu. (Tim)