Bidikan kamera saat supermoon Januari 2018 di Inggris. FOTO Daily mirror/mirror.co.uk |
"Fenomena ini merupakan fenomena langka karena akan terulang lebih dari 100 tahun untuk di Amerika, sementara wilayah Indonesia 36 tahun (30-31 Desember 1982) sehingga masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan," ungkap Heren Tarigan dalam pers rilisnya, Rabu (31/1).
Gerhana Bulan yang terjadi ini, kata dia, terbilang unik karena berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu 1 jam 16,8 menit dan menjadikannya gerhana bulan total dengan durasi terlama sepanjang abad ini.
"Berdasarkan perhitungan, fase gerhana bulan diawali pada pukul 17:48 WIB, gerhana total mulai terjadi pada pukul 19:51 WIB, puncak gerhana total terjadi pada pukul 20:29 WIB, gerhana bulan total berakhir pada pukul 21:08 WIB, dan keseluruhan fase gerhana bulan berakhir pada pukul 23:09 WIB," sambungnya.
Berdasarkan hasil analisa pada saat terjadinya Gerhana Bulan Total, jelas dia, kondisi cuaca diprakirakan berawan pada malam hari di wilayah Padang, Padangpanjang, Bukittinggi, Padang Pariaman, Pariaman, Agam, dan Pesisir Selatan serta Hujan Ringan di Pasaman Barat, Pasaman, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Dharmasraya, dan Solok Selatan.
"Berbeda dengan Gerhana Matahari Total yang terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 lalu yang mempengaruhi penurunan suhu udara permukaan bumi, untuk Gerhana Bulan Total sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang menjelaskan seberapa besar pengaruh gerhana bulan terhadap pola cuaca ekstrem di Bumi secara khusus."
"Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk tidak terpengaruh isu yang beredar dari pihak yang tidak bertanggung jawab," pungkasnya. (OLP)