Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur. Foto/istimewa |
Perbedaan tatacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad, kata dia seringkali menimbulkann pertentangan bagi umat Islam di Padangpariaman.
Di sebahagian daerah di Padangpariaman, Maulid Nabi diperingati dengan kegiatan zikir bersama "Badikie" dan "makan Bajamba". Namun sebahagian lainnya memperingatinya hanya dengan menyelenggarakan tabliq akbar.
"Terkadang ada beberapa orang yang mempermasalahkan perihal kilafiyah ini, ada yang mengklaim bahwa itu bid'ah, ini tidak. Padahal inti dari pelaksanaan Maulid Nabi itu adalah bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad yang dilaksanakan dengan cara memperingati hari kelahirannya," ujarnya saat menghadiri tabliq akbar memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jihad Kabun, Pauhkambar, Jumat (15/12) kemaren.
Suhatri mengatakan, pemerintah daerah mendukung penuh pelaksanaan Maulid Nabi: baik dengan cara Tabliq Akbar atau Badikie. Ia berharap umat Islam di daerah itu dapat mengambil pelajaran serta mengamalkan akhlak Nabi Muhammad SAW.
"Bupati dan Wakil Bupati Padangpariaman akan mengupayakan kehadiran dalam setiap kegiatan keagamaan dan Maulid Nabi. Upaya tersebut dikarenakan langkah untuk mewujudkan visi Padangpariaman yang agamais dan religius," ulasnya.
Ulama Padangpariaman, Ilyas Tuanku Bagindo, juga mengimbau jemaah dan masyarakat untuk tidak mempertentangkan perihal kilafiyah. Menurit dia, permasalahan kilafiyah sebetulnya telah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup, tapi perbedaan kilafiyah tersebut cepat diluruskan oleh nabi karena dapat langsung ditanyakan kepada nabi kala itu.
"Namun paska meninggalnya nabi, persoalan kilafiyah kian meruncing dan memicu dikotomi umat Islam. Orang yang mempertentangkan kilafiyah," jelasnya.
Ia menegaskan, peringatan Maulid Nabi adalah bentuk cinta umat kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara mengenangnya dengan memperingati kelahirannya setiap tahu, bukan merupakan hukum baru yang dibuat-buat.
"Maulid Nabi itu tradisi Salingka Nagari, setiap daerah berbeda tatacara memperingatinya. Namun yang jelas pelaksanaan Maulid Nabi adalah wujud kecintaan kita kepada Nabi, tidak ada yang salah," ulasnya.
Melalui momentun Maulid Nabi tahun ini, Ilsyas mengajak ummat Islam untuk menauladani sikap Nabi Muhammad SAW yang berakhlak baik kepada umat Islam saja, namun juga bagi kelompok non muslim. Sikap dan akhlak Nabi membuktikan bahwa Islam adalah agama toleran, Pancasila dan cinta tanah air.
"Islam sangat toleran, namun soal aqidah harus tegas dan baku. "Agama mu untukmu, agamaku untukku. Sebagai bukti umat Islam adalah agama toleran dan cinta damai coba saja lihat, dimana umat Islam jumlahnya mayoritas, umat agama lainnya akan hidup aman berdampingan seperti yang kita terapkan di Padangpariaman ini," kata dia.
Disamping ini, Ilyas menilai Aksi Unjuk Rasa 212 tahun 2016 sangat wajar terjadi sebagai bentuk ketegasan ummat Islam ketika diganggu dan dinistakan. Jika tidak aksi 212 maka Islam akan hancur di Indonesia karena terus dilecehkan.
"Umat Islam bagaikan lebah, jika tidak diganggu tidak akan terjadi masalah. Namun jika diganggu akan terjadi perlawanan. Tudingan bahwa Islam intoleran salah kaprah, faktanya di mana Islam mayoritas umat Islam umat agama lain aman," pungkasnya. (Nanda)