Cabai. Foto/istimewa/minnpost.com |
"Naiknya sudah sampai Rp50 ribu. Kita cemas jika harganya melonjak seperti kemarin yang hingga mencapai Rp100 ribu/kg," ungkap Eti (53) warga Pariaman Tengah, yang juga pedagang kuliner, Sabtu (2/12).
Ia menduga kenaikan harga cabai tersebut disebabkan menjelang natal dan tahun baru di mana banyaknya kebutuhan masyarakat sehingga membuat stok pedagang di pasar menipis.
"Biasanya begitu jelang tahun baru, harga pada naik," sambungnya.
Ditanyai terpisah, kepala dinas Koperindagkop Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit mengatakan mulainya naik harga cabai disebabkan musim penghujan. Musim penghujan mempengaruhi panen cabai petani. Cabai yang dihasilkan pada musim penghujan akan mengalami pembusukan sehingga panen cabai menjadi tidak maksimal.
"Ini murni karena cuaca, tidak ada hubungannya dengan natal dan tahun baru karena warga Pariaman mayoritas Muslim. Dari tahun ke tahun, harga pangan tetap stabil jelang tahun baru, kecuali jelang puasa dan lebaran," ungkap Gusniyetti.
Ia menambahkan, dengan pembagian bibit cabai oleh pemerintah kepada masyarakat beberapa bulan lalu dinilainya juga berhasil menekan harga cabai di pasaran.
"Saat itu harga cabai hingga Rp100 ribu. Setelah pembagian bibit cabai kepada masyarakat, harga cabai kembali berangsur normal," ungkapnya.
Ia menilai harga cabai tidak akan naik terlalu tinggi jika cabai yang diberikan kepada masyarakat tersebut ditanam dan dirawat dengan baik.
"Nanti bersama dinas pertanian akan kita cek perkembangan pemberian bibit cabai sejauh mana perkembangannya," pungkasnya. (OLP)