Foto/Junaidi |
Dalam sambutannya, Lukman Hakim Saifunddin mengatakan, terjadi pergeseran kebiasaan umat Islam terhadap alquran. Juga menyebut, dalam beberapa waktu terakhir umat Islam menghadapi tantangan besar atas penerapan nilai-nilai agama Islam dari alquran akibat kemajuan teknologi informasi, sehingga merubah kedudukan alquran yang dulunya sakral menjadi biasa-biasa saja.
“Kebiasaan luhur umat Islam terhadap alquran dulunya, seperti kebiasan mengaji selepas salat magrib. Namun kini telah digantikan dengan remote control dan smartphone, menjadikan aktivitas masyarakat tidak produktif lagi dan jauh dari nilai-nilai alquran,” ujarnya.
Melalui penyelenggaraan MTQ secara rutin, ia berharap dapat mendorong umat Islam menggali dan menerapkan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam alquran, apalagi masyarkat Sumatera Barat memiliki wisdom lokal Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah.
“Kita berharap melalui penyelenggaraan MTQ secara rutin, masyarakat lebih mamaknai alquran sebagai pedoman dan salah satu sumber nilai-nilai yang bersifat universal,” ujarnya.
Sementara itu, terkait permintaan Pemprov Sumatera Barat agar Sumatera Barat ditetapkan sebagai tuan rumah MTQ nasional pada tahun 2020, akan dipertimbangkan oleh pemerintah.
Walikota Pariaman Mukhlis Rahman dalam laporannya mengatakan, pelaksanaan MTQ di Pantai Kata ditujukan untuk memberikan nuansa yang berbeda dengan pelaksanaan MTQ sebelumnya. Letak lokasi pembukaan dan mimbar utama berada di kawasan resort wisata Pantai Kata.
Ia menyebutkan, jika pembangunan mimbar utama MTQ dan rumah dewan hakim dilakukan oleh Pemko Pariaman secara permanen. Bangunan tersebut nanti masih dapat dimanfaatkan usai MTQ ke-37 sebagai Islamic Museum di Kota Pariaman.
Selain dipusatkan di lokasi objek wisata, penerapan e-MTQ, merupakan salah satu pembeda dengan pelaksanaan MTQ sebelumnya.
“Pertama kali diterapkan pada MTQ tahun 2017. Keutungan e-MTQ terjadi efektifitas memastikan peserta memang berasal dari daerah asal dan efesien dalam mendaftarkan peserta. Pelaksanaan MTQ di Pantai Kata untuk memberikan nuasa yang berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya,” ujarnya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul mengatakan, momentum MTQ dapat dimaknai sebagai membangun karakter masyarakat yang agamais dan mewujudkan Sumatera Barat menjadi daerah baldatun taibatun gafur.
“Alquran mengandung tuntutan tentang masyarakat berkeadilan dan sarat dengan nilai moral. Penghayatan terhadap alquran harus dilakukan untuk kehidupan masyarakat yang baik lagi,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa tujuan MTQ bukanlah meriah atau tidaknya penyelenggaraan. Namun sejauhmana MTQ membawa perubahan pada akhlak masyarakat, sesuai dengan alquran.
Dalam hal ini, kata dia, Pemprov Sumatera Barat senantiasa bekerjasama dengan Pemkab dan Pemko se Sumatera Barat melakukan pembinaan masyarakat dan kerukunan umat beragama sesuai dengan pembagian tanggung jawab untuk mendorong mendekatkan masyarakat pada nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam alquran.
“Sesuai dengan porsi masing-masing, kita akan lakukan pembinaan masyarakat di bidang agama, penetapan nilai-nilai alquran,” pungkasnya,
MTQ Nasional ke-37 tingkat Sumatera Barat di Kota Pariaman diselenggarakan pada 4 November 2017 hingga 10 November 2017. (Nanda)