"Semoga dengan hadirnya club Sahara akan menciptakan paradigma baru bagi literasi Pariaman," kata Mukhlis dalam sambutan acara "Gelora Sastra" oleh sanggar bahasa dan sastra (Sahara) Pariaman yang memperingati hari jadi keduanya di Balaikota Pariaman, Minggu (22/10).
Ia menambahkan, sanggar bahasa dan sastra dapat dijadikan wadah bagi orang tua untuk mengasah kreatifitas anak. Di sanggar sastra, anak-anak dapat mempelajari hal-hal yang terkait dengan kesastraan. Mereka akan diajarkan keberanian dalam mengekspresikan diri melalui pementasan drama, theater, pembacaan dan pembuatan puisi, pembuatan pantun, bertutur, dan sebagainya.
"Proses kreatif yang akan dirasakan anak-anak yang senang bersastra adalah mereka akan menjadi anak-anak yang mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mampu mengemukakan pendapat, memiliki daya imajinasi yang tinggi, dan kreatif dalam memberikan ide-ide baru," ujarnya.
Dengan adanya berbagai pementasan dan penampilan dari anggota Klub SAHARA ini, dan kegiatan yang telah mereka lakukan, menurut dia, banyak memberikan kontribusi positif bagi kemajuan literasi , dan meningkatkan minat generasi muda cinta membaca.
Diakhir sambutannya Mukhlis Rahman mengungkapkan agar generasi muda yang cinta akan bahasa dan sastra, untuk dapat bergabung dan membuat kegiatan yang positif dalam rangka mengekspresikan diri ke hal yang bermanfaat.
Perintis Klub Sahara Mardiyan Novita, yang saat ini sedang mengambil S2 di Universitas Indonesia, menuturkan bahwa bagaimanapun seni sastra memiliki fungsi penting dalam peningkatan peradaban suatu bangsa, dan kehadiran clubnya akan membuat masyarakat Kota Pariaman melek literasi.
"Kemunculan sanggar-sanggar sastra yang ada di masyarakat dapat menjadi solusi bagi orang tua untuk mengawasi pergaulan dan meningkatkan kreativitas anak, karena orangtua mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan anak untuk mencintai bahasa dan sastra," ulas peraih predikat siswa teladan selama 3 tahun di Rumah Puisi Taufik Ismail, Padang Panjang ini.
Mardiyan Novita yang merupakan lulusan Sasjana Sastra dari Universitas Gajah Mada setelah lulus, ingin untuk mengabdikan dirinya ke kampung halaman dengan apa yang ia punya. Karena itu, setelah menulis buku Penyair Merah Putih, ia melaunchingnya sekaligus mendirikan sanggar sastra yang diberi nama club Sahara.
"Impian saya adalah menjadikan kota kelahiran saya, sebagai kota yang menjadi tujuan literasi di Sumatera Barat, dan merangkul para generasi muda untuk mencintai budaya membaca, karena dengan membaca, ilmu kita akan bertambah," sebutnya.
Acara dibarengi penerimaan 25 anggota baru angkatan ke 3 club Sahara, yang saat ini telah mempunyai anggota sebanyak 75 orang. (Juned/OLP)