“Rela berkorban kepada negara harus dipupuk, agar sikap untuk membela negara masyarakat Indonesia, khususnya di kota Pariaman tetap utuh,” ujarnya saat membuka kegiatan penguatan wawasan bela negara bagi generasi muda dan masyarakat Kota Pariaman, Selasa (12/9) pagi.
Berdasarkan pengamatannya, sikap rela berkorban generasi muda untuk negara seolah kian memudar. Mendahului kepentingan pribadi atau kelompok, khususnya kepentingan ekonomi ia tenggarai sebagai salah satu penyebab memudarnya hal itu.
“Ekonomi yang sulit, berpengaruh terhadap sikap anak bangsa terhadap negaranya sendiri. Terkadang ada masyarakat yang lebih mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompok dibandingkan kepentingan khalayak,” sebutnya.
Ia mengatakan, bela negara pada intinya adalah penanaman kesadaran warga negara menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kesadaran itu akan mendorong setiap warga memiliki tanggung jawab terhadap negara.
“Dengan kesadaran bahwa setiap warga adalah bagian dari negara, pasti akan ada kesadaran akan tanggung jawab terhadap negara. Jangan tanyakan apa yang telah diberikan negara kepada kita, tapi kita harus berfikir sejauhmana peran kita terhadap negara,” tegasnya.
Disamping itu, kata dia, masyarakat Indonesia dituntut untuk bersikap toleransi terhadap sesama. Kemajemukan suku, ras, agama dan latar bekalang rakyat Indonesia yang berbeda, harus dikelola dengan baik dan dijadikan sebagai kekuatan atau potensi.
“Jadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan potensi konflik. Yang perlu kita cari adalah persamaan, bukan malah menonjolkan perbedaan,” ulasnya lagi.
Ia berharap kegiatan bela negara dapat ditingkatkan lagi. Pelaksaan yang dilakukan dalam waktu dan peserta yang terbatas, ke depan dapat dilakukan bergiliran, sehingga kesadaran bela negara sebagai tujuan dari kegiatan makin meluas.
“Dulu kegiatan P4 atau pengamalan nilai pancasila itu dilaksanakan dengan durasi waktu yang panjang, ada 500 jam sehingga lebih optimal. Kita harapkan ke depan kegiatannya juga lebih lama dan dengan peserta yang lebih banyak,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sumatera Barat Naswir didampingi Kepala Kantor Kantor Kesbangpol Kota Pariaman Yusrizal mengatakan, kegiatan penguatan wawasan bela negara ditujukan untuk mewujudkan pertahanan negara yang tangguh.
Bela negara, ulasnya, diwujudkan sikap kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan pancasila sebagai ideologi bangsa dan rela berkorban.
“Indonesia menjadi negara yang sulit ditaklukkan oleh bangsa lain. Sikap bela negara dalam upaya kemerdekaan RI yang dilihat melalui keikutsertaan masyarakat ikut perang atau dikenal dengan perang semesta. Ini semua karena kuatnya sikap bela negara, sikap cinta Indonesia, sehingga masyarakat ikut berperang dalam upaya kemerdekaan RI,” sebutnya.
Menurutnya, posisi Indonesia yang strategis dan demografis juga menjadikan Indonesia sebagai daerah rebutan bangsa lain. Hal itu berimplikasi menjadi ancaman terhadap bangsa.
“Dengan potensi yang kita miliki, kita menjadi rebutan negara lain. Intervensi dan gangguan negara lain bukan tidak mungkin terjadi, makanya diperlukan pertahanan yang kuat, salah satunya pertahanan semesta dari masyarakat,” imbuhnya.
Perang, kata dia saat ini tidak lagi dilakukan secara terbuka dan konvensional menggunakan senjata canggih. Gangguan stabiitas negara melalui penciptaan konfik, gerakan saparatis, radikalisme, ekonomi, menjadi cara pihak lain memerangi negara lain.
“Perang tidak secara konvensional lagi, tapi menerapkan Proxy War, kita harus hati-hati,” ujarnya mengingatkan. (Nanda)