"Kami berjuang mengusir bangsa penjajah Belanda dengan tetesan darah berwarna merah. Ribuan pejuang bercucuran darah hingga tewas akibat serangan tentara Belanda," ungkap salah seorang pejuang Kemerdekaan RI 1945 di Kabupaten Padangpariaman bernama Labai Burhan, Jumat (18/8/2017).
Burhan yang ditemani istrinya Rabaani, kini tinggal di Korong Badinah, Nagari Lareh Nan Panjang Barat, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padangpariaman.
Burhan mengaku sedih menyaksikan generasi sekarang yang seakan tidak menghargai apa yang sudah dilakukan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Mereka harus berhadapan dengan bedil, senjata mortir dan tank tentara Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali dalam agresi Belanda membonceng Sekutu.
”Nyawa mereka dipertaruhkan. Tapi hari ini dengan memasang bendera merah putih sebagai simbol bangsa Indonesia di hari peringatan kemerdekaan saja, terlihat banyak yang tidak memasang. Hendaknya ini perlu menjadi perhatian para pemimpin di masyarakat,” kata Burhan.
Burhan juga menceritakan perjuangannya pada perang kemerdekaan tahun 1949. Ia berkata, suatu hari Komandan Pleton Abdulllah PO (dibaca pe o) di Pakandangan menyuruhnya menjemput peluru ke Sicincin.
Dengan seorang teman, berangkat ia ke Sicincin. Dalam perjalanan bertemu dengan 12 orang pasukan Belanda. Mereka sangat kuatir jika tentara Belanda menembakan senapan, pasti tewas.
Agar tidak menarik perhatian tentara Belanda, ia tetap berjalan tanpa menunjukkan akan melakukan perlawanan. "Nasib baik, tentara Belanda tidak melakukan penempakan,” kata Burhan yang kini sudah berumur 100 tahun, namun di KTP tertulis kelahiran 15 April 1929 karena alasan naik haji tahun 2007, tahun kelahirannya terpaksa dimajukan.
Menurut Burhan, meski turut berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan RI, dirinya tidak pernah menerima pensiun sebagai veteran.
"Dulu memang ada yang mau mengurusnya. Namun hingga kini tidak ada hasilnya. Sedangkan teman-teman dan anggota sesama pejuang di pleton 142 sudah lama wafat. Komandan Pleton Datuak Borong dan Wakilnya Buyung Gili, keduanya dari nagari Lubuk Pandan," jelasnya.
Bahkan kata dia, dalam mengurus pensiun veteran, ada pula yang mau mengurus status veterannya, tapi dimintai sejumlah emas sebagai imbalannya yang hingga kini tak jelas,” kata Burhan yang memiliki 4 isteri dan 18 orang anak.
Tokoh muda Padangpariaman Zeki Aliwardana, rendahnya perhatian masyarakat terhadap pemasangan bendera merah putih menunjukan rendahnya pemahaman nilai-nilai nasionalisme dan perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia. Generasi muda semakin tidak akrab dengan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan.
”Apalagi derasnya arus melalui media sosial, televisi dan media internet yang tidak sebanding dengan penyebaran nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan tersebut. Sinetron atau tayangan di televisi yang banyak digandrung masyarakat, terlihat lebih banyak tidak menumbuhkan nilai-nilai semangat nasionalisme dan kebangsaan tersebut,” kata Zeki.
Menurut Ketua Ansor Padangpariaman itu, harus ditanamkan sejak dini nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan kepada anak-anak bangsa. Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan tersebut. (Tim)