“Tidak ada kejutan dalam pilkada esok, balon yang muncul adalah nama-nama lama. Baik yang telah mulai melakukan sosialisasi ataupun balon yang dulunya pernah mencalonkan diri pada (Pilkada Pariaman) tahun 2008 dan 2013 silam,” sebut alumni SMA 2 Pariaman itu, Senin (21/8), melalui aplikasi percakapan.
Menurutnya, saat ini pemilih Pariaman didominasi oleh generasi muda, sedang menunggu-nunggu kejutan balon baru yang lebih fresh. Ia membandingkan pelaksanaan Pilkada Pariaman 2018 dengan pilkada yang ia ikuti pada tahun 2013 silam. Ia yang saat itu berpasangan dengan Yoserizal menjadi kejutan bagi pemilih kala itu.
“Masyarakat menunggu nama-nama baru. Tokoh-tokoh muda belum muncul. Dulu saya di pilkada sebelumnya muncul sebagai kejutan dan hasilnya cukup baik,” ujar dia.
Ia memprediksi pertarungan di Pilkada Pariaman mungkin diikuti oleh dua atau paling banyak tiga pasangan calon --berlangsung seru-- akan bertarung hingga titik darah penghabisan.
“Pilkada akan sengit. Masing-masing balon akan bertarung habis-habisan, inilah yang menjadi salah satu ciri khas pilkada di Kota Pariaman, yaitu semangat calonnya itu,” ulasnya.
Selain itu, kata dia, pasangan calon yang ingin memenangkan pilkada, harus mampu menggaet segmen pemilih pemula. Dominanya jumlah pemilih muda di Kota Pariaman harus didekati dengan pendekatan yang sesuai pula. Kampanye melalui media sosial dan penyampain gagasan serta ide yang konkrit, dapat dilakukan oleh calon saat melakukan sosialisasi.
Pertarungan ide dan gagasan pada Pilkada Pariaman sangat mempengaruhi perilaku memilih pada Pilkada mendatang. Perilaku memilih rasional atau rational choice sendiri, yaitu pemilih menentukan pilihan karena asalan rasional, bukan primordial suku, agama.
“Pemilih di Kota Pariaman sangat rasional. Calon nanti harus bertarung ide dan gagasan karena pemilih rasional menilai hal itu sebagai dasar menentukan pilihan politik. Ide dan gagasan tersebut akan lebih optimal apabila dikemas melalui media yang banyak digunakan oleh pemilih,” pungkasnya. (Nanda)