Padangpariaman dengan penduduk 450 ribu jiwa di 103 nagari dengan 13 kecamatan, kata Suhatri Bur belum keseluruhnya menerima aliran listrik.
"Masih ada ratusan KK yang belum dialiri listrik di sejumlah wilayah Padangpariaman," ujar Suhatri Bur saat presentasi Limar oleh Yayasan Nawacita Indonesia di IKK Paritmalintang, Selasa (1/8/2017).
Dengan kondisi itu, ia berharap jajaran SOPD di pemerintahan Padangpariaman bersinergi dengan Kodim 0308/Pariaman untuk mendata jumlah rumah penduduk yang belum teraliri listrik.
Dari data tersebut, kata dia, pihaknya bisa menawarkan ke BUMN/BUMD dengan dana CSR-nya untuk mendukung Program Padangpariaman Bebas Gelap dan Bersinar.
Dandim 0308/Pariaman Letkol Arh Hermawansyah, menyampaikan bahwa Program Padang Pariaman Bebas Gelap dan Bersinar merupakan lanjutan dari Program Bukit Barisan Bersinar yang digagas oleh Pangdam I Bukit Barisan dan sudah dilaksanakan terhadap 717 KK di Kabupaten Agam.
Sampai saat ini, kata dia, pihaknya melalui Babinsa sudah mendata ada sekitar 530 KK yang belum terjangkau aliran listrik di wilayah Padangpariaman.
"Saat ini CSR Semen Padang sudah membantu Limar untuk 175 KK yang tanggal 10 Agustus nanti insya Allah kita launching di kecamatan Sungai Limau,” ujar Dandim.
Dengan adanya pendataan yang lebih lanjut ujar Dandim, pihaknya bisa memastikan angka 530 KK akan bertambah.
Edi Kurniawan dari Yayasan Nawacita Indonesia, mengatakan penggagas penerangan Limar bernama Ujang Kuswara.
“Setiap perangkat lampu dibuat di Bandung, kecuali LED yang dibuat di China," katanya.
Menurut Edi, Program Limar sudah dilaksankan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di NTB, Kalimantan, Sulawesi, dan sekarang di Sumatera Barat.
Program itu digagas karena kebutuhan listrik yang semakin tinggi, sedangkan pasokan terbatas, mahalnya biaya hingga tidak terjangkaunya kawasan terdalam dengan fasilitas pembangkit listrik.
Paket penerangan Limar terdiri dari lampu, aki, panel box, dan genset untuk 1 KK seharga Rp3 juta dengan garansi daya hidup sampai 5 tahun.
"Sehingga lebih murah bila dibandingkan membayar listrik per bulannya," ungkap Edi.
Program itu kata dia, tidak ditujukan untuk pembiayaan APBN/APBD, sehingga sampai saat ini CSR dari BUMN/BUMD serta perusahaan-perusahaan di suatu wilayah yang diajak untuk berpartisipasi dalam kepentingan masyarakat banyak di bidang penerangan.
"Contohnya saja saat di Sulawesi, ada satu pesantren yang benar-benar gelap dan tidak memiliki penerangan, saat ini sudah terang benderang karena dibantu oleh CSR bank BRI," sebutnya.
Turut hadir dalam presentasi Yayasan Nawacita tersebut Kepala DPMPTP Hendra Aswara, Dinas Sosial PPA/PUPR, serta perusahaan yang ada di Padangpariaman, seperti Statika, Malibo Anai dan Japfa.
Perusahaan-perusahaan tersebut diimbau untuk ikut menjadi CSR dan mensukseskan Program Padang Pariaman Bebas Gelap dan Bersinar, sehingga jumlah KK yang belum mendapat penerangan semakin berkurang. (Tim)