“Melihat pentingnya kakao sebagai komoditi unggulan, perlu kiranya kita merapatkan barisan untuk merumuskan strategi yang akan dilaksanakan nantinya untuk pertumbuhan ekonomi petani kakao di Padangpariaman,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Yurisman di Pariaman, Selasa (22/8/2017).
Menurut dia dari data yang dihimpun BPS, pada tahun 2016 Padangpariaman memiliki perkebunan kakao seluas 17.781 hektare. Dengan luas tersebut menempatkan Padangpariaman sebagai kabupaten/kota dengan luas kakao terbesar di Sumatera Barat.
"Luas area kakao yang begitu besar menjadi tantangan bagi kami untuk menjadikan kakao sebagai primadona," ujar dia.
Kepala Bidang Perkebunan Taufik Hidayat, membeberkan strategi yang dimainkan nantinya. Pertama melakukan reinventarisasi data tanaman kakao di Padangpariaman by name by address di masing-masing nagari sebagai dasar pijakan pelaksanaan program dan kegiatan sehingga tepat sasaran. Kedua mengoptimalkan pelayanan terhadap masyarakat tani.
Taufik melanjutkan strategi ketiga yakni dengan cara mencarikan solusi ekonomi, baik terhadap hasil produksi maupun tumpang sari sistem pertanaman. Keempat melakukan revitalisasi peran penyuluh dalam merangsang perubahan perilaku petani yang sesuai dengan karakteristik budidaya tanaman kakao.
Sedangkan strategi kelima menurut Taufik adalah dengan cara menumbuhkan dan menciptakan penyuluh andalan serta petani profesional di masing-masing nagari.
"Jika strategi ini berhasil, petani dapat menuai kakao klon BL 50 dengan hasil panen 2 ton/tahun dalam 1 hektare. Untuk harga jual kakao sekarang berkisar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kilo nya. Apabila petani kakao mampu menghasilkan kualitas sesuai dengan permintaan ekspor maka akan dapat melampaui harga pasar," terang Taufik. (Riska, TKIP DP)