Warga tanam pisang di tengah jalan/Foto:Nanda |
Pantauan di lokasi, terlihat beberapa pohon pisang, ban bekas pakai dan papan bertuliskan tuntutan percepatan pengaspalan ditempatkan di tengah jalan dan di sisi kiri dan kanan badan jalan.
Penanaman pohon pisang dilakukan sejak pukul 09.00 WIB. Sejumlah warga yang protes akan lambannya pengaspalan jalan oleh pihak pelaksana itu, dituding berdampak bagi kesehatan dan ekonomi warga yang tinggal di pinggir jalan tersebut.
"Banyak warga di sini yang terkena ISPA, apalagi anak-anak dan bayi yang paling banyak terkena dampak," ujar Farel, salah seorang warga setempat.
Dikatakannya, pengerjaan perbaikan jalan yang dilakukan oleh pelaksana melakukan pengelupasan aspal pengerukan dasar jalan. Namun setelah beberapa bulan pengerukan, di tinggal begitu saja dan jalan tak kunjung diaspal.
Dilanjutkannya, mengatasi debu akibat pengerjaan jalan, perusahaan pelaksana telah melakukan penyiraman pada siang hari. Namun tidak lama usai penyiraman, debu kembali menyesakan warga.
"Disiramnya udah agak siangan, tidak lama debunya kembali lagi. Kamipun batuk lagi," kata dia kesal.
Sementara itu, Santi yang merupakan pedagang nasi di pinggir jalan itu juga mengeluhkan dampak debu yang ditimbulkan karena belum diaspalnya jalan tersebut. Pekatnya debu membuat pembeli enggan mampir. Alhasil omsetnya anjlok.
"Biasanya bisa mencapai Rp800 ribu sehari. Namun sejak debu ini, omset Rp200 ribu saja susah," terangnya. Ia berharap agar pelaksana proyek segera mungkin melakukan pengaspalan jalan.
Nanda