Kepala BPOM Padang Zulkifli menerangkan, dari 18 sampel, 17 negatif mengandung borak dan Rodamin B, sementara 1 sampel berupa agar-agar masih akan ditegaskan hasilnya di labor BPOM di Padang.
"1 sampel kita bawa ke labor untuk penegasan kandungan bahan pewarnanya, apakah ada bahan berbahaya atau tidak," terangnya.
Dikatakannya, BPOM Sumatera Barat telah melakukan pengambilan dan pengujian sampel makanan dan takjil di Pasar Pabukoan se Sumatera Barat. Dari hasil pengecekan di tahun 2017, terjadi penurunan penggunaan bahan yang berbahaya pada makanan dan takjil dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Zulkifli, salah satu makanan yang ditemukan menggunakan bahan berbahaya borak adalah kerupuk nasi. Dari pengujian sampel yang dilakukan BPOM Sumatera Barat di berbagai daerah di Sumatera Barat ditemukan bahwa kerupuk yang disantap dengan kuah sate itu, megandung borak.
Kot Pariaman sendiri, sebagai salah satu daerah yang memiliki banyak pabrik kerupuk nasi perlu melakukan pengecekan ke pabrik kerupuk nasi
Sementara itu, Wakil Walikota Pariaman, Genius Umar yang memantau langsung pengujian sampel makanan di Pasar Pariaman mengatakan, Pemko Pariaman akan menindak lanjuti hasil pengujian sampel makanan dan takjil yang dilakukan oleh BPOM Sumatera Barat di Kota Pariaman. Jika ditemukan unsur bahan berbahaya, pihaknya melalui dinas terkait akan menelusuri sumber bahan berbahaya tersebut.
"Kita akan coba dalami informasi yang diberikan BPOM, termasuk pengecekan pabrik kerupuk yang rawan mengandung borak," ujarnya.
Dia mengimbau agar pedagang Kota Pariaman tidak menggunakan bahan berbahaya pada makanan dan takjil karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat.
"Jangan hanya berorientasi pada keuntungan saja, namun pedagang dan pembeli harus memperhatikan faktor kesekatan juga," pungkasnya.
Nanda