Suasana Takbiran di Simpang Tabuik |
Walikota Pariaman Mukhlis Rahman bersama Wakil Walikota Genius Umar terlihat bahagia di antara jamaah lainnya. Tampak pula Kapolres Pariaman AKBP Bagus Suropratomo, Ketua DPRD Mardison Mahyuddin dan sejumlah tokoh penting Pariaman lainnya.
Mukhlis Rahman menyatakan tentang digelarnya malam takbiran itu untuk menyatukan warga Pariaman menyambut kebahagian dan hari kemenangan yang fitri. Dengan berkumpul bersama, lebih meningkatkan jalinan silaturahim antar warga.
"Takbiran keliling yang telah menjadi kebiasaan masyarakat, kita tiadakan dengan berkumpul bertakbir dan bertahmid bersama kepada Allah SWT," kata Mukhlis.
Dia berkata sebanyak 1,6 miliar penduduk dunia beragama Islam serentak menggemakan takbir di pelbagai belahan dunia. Hari kemenangan itu disambut umat muslim dengan penuh kebahagian sesuai dengan tradisi muslim di wilayah masing-masing.
Imbuh Mukhlis, Ramadhan boleh berlalu, namun spiritnya harus terus memancar setiap saat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
"Kebaikan dan keihklasan untuk memaafkan, mengiringi kita menuju jalan kemenangan, bergelimang fitrah, berbingkai syariah, menuju masyarakat madani yang penuh berkah, agar Kota Pariaman selalu mendapatkan rahmah," pungkas Mukhlis.
Suasana malam takbiran didukung pula oleh cerahnya malam. Banyak terlihat warga simpang siur. Jalanan menjadi macet, toko-toko dipenuhi pembeli.
Irman (46), perantau Pariaman lagi di kampung, menyatakan bahwa malam takbiran memang lebih baik terpusat dari pada keliling. Ia menyebut hal itu guna menghindari terjadinya kecelakaan lalulintas dan euforia berlebihan.
"Kadang saat takbir keliling ga sadaran saking euforianya, malah kecelakaan," kata dia.
Ia berharap selama lebaran keamanan selalu terjaga dan pusat-pusat wisata lebih dijaga oleh polisi guna menghindari kemacetan parah dan tindakan kriminal.
"Macetnya parah kalau di Gandoriah saat lebaran. Harusnya polantas bersiaga di sana, harus ada yang ngatur alur," ungkap salah seorang ASN berjabatan tinggi di pulau Jawa itu.
Lain lagi dengan Susi (29). Perantau Pariaman di Jawa Timur yang ditemui wartawan sedang asik belanja di salah satu toko pakaian di Pasar Pariaman itu mengatakan tidak seasyik lebaran di Pariaman.
Selama 6 tahun ia bekerja di berbagai kota besar di Indonesia, hampir tiap tahun ia pulang kampung, terutama sekali lebaran dan pesta tabuik. Top level di perusahaan multinasional yang baru memiliki satu putri usia 3 tahun itu memborong berbagai keperluan lebaran di Pasar Pariaman untuk sanak famili di kampung.
"Kemarin saya baca di pariamantoday Pasar Pariaman awal Ramadhan sepi karena banyaknya pengalihan belanja ke Padang dan ecommerce. Oleh sebab itu saya bertekad beli baju lebaran buat famili di Pasar Pariaman, ini ga terasa udah habis Rp7 juta dari pagi, hehe," ujar dia.
Ia mengimbau kepada masyarakat Pariaman agar menyisihkan bagian belanjanya di Pasar Pariaman sebagai bentuk menunjang ekonomi kerakyatan.
"Bagi saja porsinya. Jika kita belanja keperluan lebaran dalam keluarga ada Rp5 juta, ya kasih ke pasar sekitar Rp2,5 juta. Jangan semua uang dilempar ke Padang dan Bukittinggi atau ecommerce. Ekonomi daerah, ya kita mesti bantu," pungkas wanita berparas ayu bersuamikan pengusaha itu.
OLP