Pengikisan pantai atau abrasi yang terjadi di sepanjang Pantai Gandoriah Pariaman mulai mengancam berbagai infrastruktur pariwisata. Diantaranya Anjungan Asean, Tugu Perjuangan ALRI dan berbagai ikonik pariwisata Pariaman lainnya. Menurut Wakil Walikota Pariaman Genius Umar, di Pantai Gandoriah, Rabu (11/1/2017), saat meninjau lokasi abrasi mengatakan, diperlukan rekayasa manusia untuk mengatasi dampak pengikisan pantai yang terjadi akibat fenomena alam tersebut.
"Abrasi telah memakan sekitar 30 meter bibir pantai di sepanjang Pantai Gandoriah hingga Pantai Cermin dan Pantai Kata. Disebabkan oleh fenomena alam," ujar dia kepada wartawan.
Untuk mengatasi hal tersebut, ungkap Genius, diperlukan penambahan batu grip/pemecah ombak di sepanjang pantai yang kena dampak abrasi tersebut. Batu grip adalah satu-satunya solusi dalam mengatasi abrasi pantai.
Dia menuturkan saat ini Pantai Pariaman sudah menjadi ikon pariwisata di Provinsi Sumatera Barat. Pantai Pariaman menurutnya selalu ramai dikunjungi pada hari-hari libur oleh wisatawan dari Riau, Jambi, Sumatera Utara, Jakarta, Malaysia hingga turis Eropa.
"Masalah ini harus ditangani segera. Tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Untuk itu kita meminta kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat agar segera menurunkan dana untuk pembangunan batu grip, karena APBD kita tidak sanggup membiayainya," sambungnya.
Dia menambahkan, untuk pembangunan batu grip/pemecah ombak di sepanjang pantai yang mengalami abrasi itu diperkirakan menelan biaya paling sedikit Rp30 milyar.
Sementara itu Saf (45), pelaku wisata bahari angkutan kapal wisata ke pulau mengatakan bahwa selain abrasi juga terjadi penumpukan sendimen di mulut muara Pariaman sehingga menyulitkan keluar masuknya kapal.
"Kapal hanya bisa keluar jika air laut sedang pasang, jika pasang surut, kapal tertahan di tumpukan sendimen (lumpur)," kata dia.
Ia meminta pihak pemerintah segera mengatasi persoalan tersebut dengan melakukan penyedotan sendimen.
OLP