Karena minimnya pasokan, harga cabai merah panjang naik turun sejak sepekan terakhir di Pasar Pariaman. Dari pengamatan wartawan di lapangan, pedagang menjualnya berfariasi, mulai Rp100 ribu dan Rp90 ribu perkilo.
"Kemarin sempat Rp90 ribu/kilo, namun sekarang sudah turun jadi Rp75 ribu," kata Erna (52), warga Jati Hilir Pariaman Tengah, Senin (7/11).
Menyikapi mahalnya harga cabai tersebut, ungkap Erna, dirinya terpaksa mengeluarkan uang belanja lebih karena cabai sudah menjadi kebutuhan pokok baginya.
"Sebisa mungkin kita beli sesuai kebutuhan saja. Harus bagaimana lagi, tanpa cabai makan jadi kurang gairah," tuturnya.
Dilain pihak, Jamaan (40), salah seorang pemilik rumah makan di jalan Imambonjol membenarkan lonjakan harga cabai memaksa lebih belanja modalnya.
"Cabai adalah kebutuhan utama rumah makan yang tidak bisa dikurangi. Kita wajib beli meskipun ada modal tambahan," kata dia.
Meski demikian dia mengaku naiknya harga cabai tidak membuat dia menaikan harga porsi masakan di rumah makan miliknya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperindag Kota Pariaman Gusnayeti Zaunit, mengaku telah menurunkan tim pemantau dari dinasnya tentang lonjakan harga cabai.
Naiknya harga cabai menurutnya karena hukum pasar, dimana pasokan kecil harga melambung. Namun dia belum menemukan ada pedagang nakal yang mengepul cabai untuk menangguk keuntungan besar.
"Kepada masyarakat kita mengimbau untuk meyeimbangkan kebutuhan, jika biasanya kebutuhan kita 1 kg perhari dihemat jadi 1/2 kg," ujarnya.
Dia belum bisa memastikan minimya pasokan cabai disebabkan gagal panen akibat cuaca buruk.
"Perubahan cuaca ekstrim memungkinkan pengaruhi pola tanam dan panen," tandasnya.
TIM