Pekanbaru-- H. Muhammad Yusuf Sikumbang, SH, MH tentu tidak asing lagi bagi perantau di Kota Pekanbaru. Nama tersebut akrab pula di telinga masyarakat Padangpariaman. Yusuf dikenal sebagai peribadi pantang menyerah, pekerja ulet dan tokoh pemersatu, baik di ranah maupun di perantauan.
Ketua PKDP Kota Pekanbaru tiga periode berturut-turut sejak 2001 hingga 2016 itu sekarang menjabat salah satu dari tiga orang putra/putri terbaik Padangpariaman di kursi DPRD Provinsi Riau periode 2014-2019. Yusuf sendiri dari fraksi PKB.
Nama Yusuf juga tidak asing jika dikaitkan dalam Pilkada langsung di Padangpariaman. Dia pernah dua kali mencalonkan diri sebagai Bupati Padangpariaman, yakni periode 2005-2010 dan 2010-2015. Di dua pertarungan ini pria berperawakan sedang berkumis cukup lebat itu mampu memberikan perlawanan level tertinggi yang membuat pesaing terkuat kembang kempis perutnya. Bagaimana tidak, dia hampir saja meloroti kursi tahta dua incumbent saat itu. Meski akhirnya kalah, Yusuf masuk di putaran kedua yang mana hanya tinggal dirinya fight to fight dengan petahana.
M. Yusuf adalah putra bungsu dari lima (5) bersaudara pasangan Adnan (alm) dan Azimar (alm). Yusuf dilahirkan pada tanggal 2 September tahun 1962 di Padang Bintungan, Kecamatan Sungai Limau, Padangpariaman. Pria berzodiak Virgo dan Shio Macan itu dikenal sosok responsif saat menerima para kerabat dari kampung halaman di Pekanbaru. Dia akan menyempatkan diri menjamu tamu sesibuk apapun kegiatannya.
Ditemui di salah satu restoran di Kota Pekanbaru, Sabtu (14/8) Yusuf yang juga mantan wartawan itu bersedia 'dikuliti' oleh para juniornya wartawan Pariaman yang sengaja datang jauh-jauh menemuinya. Dia menjawab sejumlah pertanyaan wartawan dari berbagai media dengan penuturan lugas.
H.M. Yusuf Sikumbang, saat ditemui didampingi suksesinya Agus Sikumbang, SH MH, Ketua PKDP Kota Pekanbaru periode 2016-2021.
Pada kesempatan itu, suami Hj Arlita, SPd (51) menyatakan bahwa Padangpariaman saat ini butuh dukungan semua pihak dalam pembangunan. Padangpariaman dinilainya melakukan lompatan besar pasca gempa 2009 dalam berbagai aspek.
"Dalam perspektif saya, pembangunan infrastruktur di Padangpariaman saat ini begitu menggeliat. Kami para perantau memberikan respon positif akan hal itu," kata dia.
Dia menuturkan, pasca gempa besar tahun 2009 tidak mudah bagi seorang kepala daerah untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Waktu itu ekonomi di Sumbar, khususnya Padangpariaman yang terparah lumpuh secara ekonomi, infrastruktur dan berbagai sarana hancur akibat bencana alam tersebut.
"Padangpariaman dalam keadaan hight depression ekonomi," sebutnya.
Pasca gempa tersebut, imbuh dia, Bupati Ali Mukhni baru saja dilantik. Sejumlah tantangan besar menghadangnya, bagaimana membangun infrastruktur, pertumbuhan ekonomi hingga membangun kembali Padangpariaman sesuai visi misi.
"Kualitas Ali Mukhni sebagai sorang pemimpin benar-benar sedang diuji di awal masa jabatannya. Tanpa banyak bicara beliau saat itu terus bekerja keras dengan merangkul semua stakeholders ranah dan rantau hingga tokoh-tokoh Minang berpengaruh di tingkat pusat. Kegigihan itu, singkat cerita membuahkan hasil," jelasnya.
Dia menceritakan, saat dilanda gempa 2009 pertumbuhan ekonomi Padangpariaman dititik nadir. Kepiawaian Ali Mukhni dia nilai bisa menaikan pertumbuhan ekonomi Padangpariaman menjadi yang tertinggi di Sumbar.
"Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Padangpariaman melebihi pertumbuhan ekonomi provinsi Sumbar dan nasional yakni 7 persen. Itu prestasi yang sangat luarbiasa. Sebagai orang Piaman di perantauan kita sangat apresiasi prestasi hebat tersebut," sebutnya.
Ayah tiga orang putri dan satu putra ini menyebut ada satu hal yang mengesankan baginya akan terobosan Ali Mukhni dalam menelurkan kebijakan sosial kemasyarakatan, yakni tindakan antisipasi narkoba masuk desa dengan orgen tunggal artis saweran yang menghebohkan baru-baru ini.
"Dengan lahirnya Peraturan Bupati (Perbup) nomor 3 Tahun 2016 tentang penertiban hiburan orgen tunggal saya memberikan apresiasi yang tinggi pada beliau. Tidak dipungkiri orgen tunggal yang main hingga larut malam mengundang sejumlah masalah sosial yakni tontonan vulgar, transaksi narkoba hingga ajang sosieti bagi LGBT. Dengan lahirnya Perbup tersebut kami yakini merupakan operasi bypasss pada sejumlah persoalan. Kultur Padangpariaman berbasic Islami harus segera dibentengi," tukuknya.
Meski ada beberapa pihak yang dirugikan oleh Perbup tersebut terutama pengusaha orgen dan para artisnya, Yusuf berharap Ali Mukhni tidak bergeming. Menurut dia Perbup tersebut adalah upaya penyelamatan generasi muda dari penyakit masyarakat yang ditimbulkan dengan maraknya efek negatif yang ditimbulkan oleh orgen vulgar.
"Ini adalah upaya intervensi sosial. Hemat saya Perbup harus dikuatkan dengan Perda sebagai payung hukum mengikat. Dalam pelaksanaannya nanti tentu melibatkan alim ulama, cendikia, ahli hukum dan pengusaha orgen itu sendiri agar ada titik kesepahaman. Apa yang dilakukan Ali Mukhni dengan Perbup tersebut sudah sejalan dengan 'nawa cita' dan revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi," telaahnya.
Menanggapi isu perpecahan di tubuh PKDP Pekanbaru jelang Pilkada Kota Pekanbaru, Yusuf menerangkan pokok persoalannya.
Kata dia, secara administrasi merujuk AD/ART PKDP, hanya ada satu ketua/pengurus yakni Agus Sikumbang yang menang lewat Musda yang dihadiri oleh segenap pengurus, baik DPD PKDP Pekanbaru maupun DPW PKDP Riau. Itu tidak bisa dipungkiri.
"Lalu ada oknum yang berniat menarik PKDP ke ranah politik dalam Pilkada Kota Pekanbaru. Hal ini sangat bertentangan dengan saya pribadi dan pengurus lainnya. PKDP adalah organisasi sosial, yang punya 20 persen suara lebih jika satu suara bulat di Kota Pekanbaru. Riciannya begini; Orang Minang di Pekanbaru berjumlah sekitar 40 persen dari total penduduk Kota Pekanbaru, 60 persen dari Orang Minang tersebut adalah Orang Piaman. Kekuatan besar inilah yang dimanfaatkan oleh oknum tersebut," dia menerangkan.
Dia meneruskan, selama tiga periode dia menjabat Ketua PKDP, persoalan tarik menarik inilah salah satu tugas beratnya. Dia sendiri dalam berbagai kesempatan pemilu mengaku tidak pernah menyeret PKDP.
"Tidak pernah ada pernyataan sikap PKDP mendukung, karena saya menyadari di PKDP penuh warna, bukan saya sendiri yang berkiprah di politik," ungkapnya.
Kebijakan itu tutur dia mesti dipertahankan karena PKDP adalah organisasi persaudaraan yang tidak boleh pecah oleh kepentingan politik. Dalam berbagai kesempatan di PKDP dia sering katakan bahwa PKDP adalah tempat menempa diri berorganisasi. Tempat mematangkan karakter. Setelah matang di PKDP siapa saja boleh berpolitik tapi jangan bawa-bawa PKDP. Sikap itu harga mati.
"Jadi sesungguhnya PKDP Pekanbaru itu utuh secara organisasi namun ada oknum lain yang mencoba menariknya ke ranah politik yang mendapat tentangan dari ketua baru terpilih," sambungnya.
Sedangkan rumor yang mengatakan dirinya juga akan bertarung di Pilkada Kota Pekanbaru dirinya tidak menampik. Dari berbagai survey, kata dia, tingkat popularitas dan elektabilitasnya di Kota Pekanbaru cukup diperhitungkan. Namun hal itu belum cukup. Dia tidak mau gegabah melangkah karena di Pilkada Pekanbaru butuh dana politik sangat besar.
"Kekurangan saya di peluru (dana politik). Namun jika ada calon lain yang menggandeng saya untuk maju dan memenuhi kekurangan saya tersebut saya akan mencalonkan diri. Dan saya sekali lagi mengatakan tidak akan menyeret PKDP ke kancah itu," dia menegaskan.
Menjadi kepala daerah dalam persepsinya bukan sekedar mengejar jabatan semata. Kata dia, banyak pemikiran dan terobosan yang dia gagas di DPRD tidak jalan karena dirinya bukan pemegang tampuk kekuasaan.
"Jika kita menjadi kepala daerah, ide dan gagasan kita akan terealisasi karena kita pemegang tampuk kekuasaan. Cita-cita saya tentu untuk berbakti kepada masyarakat, melayani dengan sepenuh hati dalam rangka terciptanya kesejahteraan masyarakat," pungkasnya.
Wajah Yusuf terlihat serius. Tatapan matanya tetap tenang. Tidak terlihat sorot ambisius di bola matanya. Kata demi kata yang dia keluarkan menunjukan kualitasnya. Tertata, terstruktur dan rasional.
OLP