Perilaku menyimpang di kalangan generasi muda dan anak di bawah umur saat ini mencemaskan berbagai pihak, baik pemerintah, alim ulama, orangtua, tokoh masyarakat hingga pihak penegak hukum sendiri.
Mulai dari penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, hingga kecanduan menghisap lem yang membuat halusinasi, dan itu menyasar anak umur/pelajar sekolahan SD hingga SMP dan SMA sederajad.
Menurut tokoh masyarakat Pariaman, Ir. Syahril Amiruddin, MS, hal itu disebabkan lemahnya pengawasan oleh orangtua dan lingkungan serta banyaknya kekosongan waktu anak-anak yang terbuang percuma sehingga mudah terpengaruh oleh pergaulan.
"Secara pribadi saya mengapresiasi keberadaan beberapa sanggar seni yang ada di Pariaman seperti Darak Badarak dan sanggar lainnya. Keberadaan sanggar sangat positif bagi anak-anak untuk mengisi waktu usai belajar di sekolah disamping mendapatkan keterampilan," kata Ajo Syahril, karib ia disapa, di Pariaman, Senin (14/3).
Menurut Staf Ahli DPR RI ini, Pemerintah Kota Pariaman melalui instansi terkait perlu mengembangkan dan melakukan pembinaan sanggar-sanggar seni dan olahraga hingga ke pelosok desa dan kelurahan. Apa yang dilakukan pemerintah saat ini dinilainya cukup baik, namun perlu dikembangkan karena potensi ancaman terhadap generasi muda kian mencemaskan.
"Dulu ada namanya Sanggar Paris, binaan Pemda Padangpariaman di zaman kepemimpinan Anas Malik. Di sana, termasuk saya, berlatih, diskusi dan berkegiatan positif sehingga akhirnya kami fokus untuk pengembangan diri," kata dia.
Hal semacam itu, mengingat fenomena failed of society (kegagalan tatanan sosial) di Pariaman, dengan maraknya peredaran narkoba, orgen tunggal vulgar, pergaulan bebas dan anak penghisap lem, intervensi sosial wajib dilakukan dengan penetrasi positif seperti membuat sanggar-sanggar binaan oleh pemerintah.
"Disamping itu memadukan kekuatan stakeholders antara pemerintah, perangkat desa, tokoh masyarakat, pihak kepolisian dan Badan Nasional Narkotika (BNN) di Daerah, agar bahu membahu untuk melakukan pencegahan serta mencarikan solusi mengatasi fenomena tersebut," tuturnya.
Ajo Syahril yang pernah menetap di Amerika dan Australia ini menegaskan agar pihak kepolisian dan BNN menyikat segala bentuk peredaran narkoba di Pariaman tanpa pandang bulu, baik pengguna hingga pengedar. Siapapun, termasuk oknum-oknum pejabat dan penegak hukum.
"Kecuali bagi anak di bawah umur. Mereka sesungguhnya adalah korban yang harus disembuhkan dengan rehabilitasi," imbuhnya.
Dia menyebut, saat ini status BNN akan ditingkatkan menjadi Badan Negara setingkat Menteri. Jika hal itu terwujud tentu BNN akan lebih leluasa memberantas peredaran narkoba ditambah membuat program-program termasuk rumah rehabilitasi.
"Sinyalemen itu sudah diamini oleh Wapres Jusuf Kalla, begitu juga dengan kawan-kawan di DPR RI. Semoga hal itu secepatnya terealisasi," ungkapnya.
Dia berpendapat, jika BNN sudah menjadi Badan Negara setingkat Menteri, pihak BNN akan mendapat dukungan dana penuh dan kewenangan lebih besar dari negara untuk menumpas peredaran narkoba di Indonesia yang merupakan jalur sindikat besar di Asia.
"Indonesia sudah darurat narkoba. Sindikat besar bermain hingga mendirikan pabrik narkoba yang bahan bakunya dipasok dari China hingga Belanda," pungkasnya.
OLP