Tidak ada jalan mudah menggapai sukses. Dalam meniti tangga kesuksesan selalu ada rintangan menghadang. Untuk meraihnya dibutuhkan kerja keras, niat tulus, integritas, bahkan tak jarang pula disertai airmata.
Aprinaldi, S.Pd, M.Pd, yang sekarang dikenal publik Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Padangpariaman dan peraih berbagai penghargaan tingkat lokal dan nasional tersebut tidak serta merta berada di posisinya sekarang di usia mudanya.
Peraih Indonesian Top Leadership Achievement Award 2015 oleh Yayasan Citra Prestasi Anak Bangsa bersama 7 orang lainnya se Indonesia tersebut tetap rendah hati. Penghargaan baginya adalah pelecut untuk berbuat lebih baik lagi. Dia tidak mau lupa diri oleh berbagai prestasi yang telah dia torehkan.
"Apa yang saya lakukan adalah perjuangan mengisi kemerdekaan sebagai anak bangsa melalui dunia olahraga. Pahlawan kita dahulu korbankan harta dan nyawa demi kita generasi sekarang. Saya bertanya kepada diri, apa yang akan saya tinggalkan dan perjuangkan buat generasi 30 hingga 40 tahun ke depan?" Aprinaldi menanyai dirinya sendiri saat wawancara khusus dengan redaksi pariamantoday.com di Pariaman, Rabu (6/1).
Surut ke belakang, Pria kelahiran Kampung Dalam, Padangpariaman 15 April 1983 silam itu ditinggal pergi ibu kandungnya untuk selama-lamaya saat dia masih duduk di bangku SMP. Dia sudah mengarungi pahitnya belantara kehidupan, jalan cadas, luka di saat belia. Kerasnya hidup masa kecil dia lewati dengan tegar. Garis hidup yang dia lalui tersebut menempa dia menjadi pribadi mandiri.
"Belum tumbuh rumput di makam ibu, ayah berangkat pula meninggalkan rumah. Beliau meninggalkan luka batin bagi anaknya saat itu," matanya berkaca.
Sepeninggal ibu dan kepergian ayahnya, Aprinaldi melebur diri dalam dunia keorganisasian dan olahraga. Di sana dia menemukan dunia baru. Kesedihan berubah menjadi semangat membara, cikal bakal karakternya saat ini.
Aprinaldi mengisahkan, tamat dari SD 02 Kampung Pauh, V Koto Kampung Dalam dia melanjutkan ke SMPN 1 Kampung Dalam. Dia menjabat ketua organisasi untuk pertama kalinya di organisasi kesiswaan OSIS. Di saat bersamaan itu pula dia mengharumkan nama sekolahnya dengan raihan prestasi di bidang olahraga atletik lari marathon 5 Km.
"Kecintaan saya pada dunia olahraga dan organisasi berpadu. Dua dunia itu, rumah baru bagi saya melebur diri sepeninggal almarhum ibu. Saya rajin latihan hingga mampu meraih juara I marathon tingkat Padangpariaman tingkat SMP," sebut pemilik Yayasan Graha Nusantara yang bergerak di bidang bimbingan belajar tersebut.
Jabatan Ketua OSIS juga disandangnya dua periode saat duduk dibangku sekolah lanjutan atas, di SMAN I Kampung Dalam. Jiwa kepemimpinannya mulai menonjol seiring dia bergabung di KNPI tingkat kecamatan di saat itu juga.
Saat SMP dia juga bergabung di Pramuka yang akhirnya membentuk karakter kepemimpinannya. Di organisasi itu sungguh-sungguh dia jalani hingga kini. Berbagai prestasi pernah dia raih di bidang kepramukaan, diantaranya, juara umum Pramuka Indonesia lomba halang rintang wilayah A Sumatera/Pulau Jawa bagian barat dan peraih Pramuka Garuda Indonesia pada tahun 2004.
"Hingga kini saya masih aktif dan pengurus Pramuka tingkat Sumbar," ujarnya semangat.
Bicara Pramuka, Aprinaldi sangat menjiwai. Proses pembelajaran menjadi seorang pemimpin dia akui banyak dia adopsi dari organisasi tersebut.
"Menjadi pemimpin sebuah organisasi perlu proses dan saya belajar otodidak. Pramuka punya peran besar dalam membentuk karakter saya memanajemen sebuah organisasi dengan kesungguhan dan disiplin," ungkapnya.
Saat di bangku kuliah pun, jiwa organisasinya juga terbawa. Di Kampus UNP Padang Fakultas Ilmu Keolahragaan dia menjabat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada tahun 2010 dia tergabung dalam kepengurusan KONI SUMBAR dan langsung menjabat Sekretaris Jenderal PERPANI (Persatuan Panahan Indonesia). Sejumlah prestasi juga dia torehkan selama memanajemenkan cabang olahraga prestasi tersebut.
"Kemudian pada tahun 2012, Ketua KONI Padangpariaman Faisal Arifin saat itu mengajak saya bergabung untuk memajukan dunia olahraga Padangpariaman. Beliau memposisikan saya sebagai Ketua Harian KONI. Tantangan besar sekaligus pengabdian bagi kampung halaman," sebut peraih penghargaan peningkatan capaian prestasi Porprov oleh Bupati Padangpariaman. Penghargaan itu (sebagai Plt Ketua KONI) dia terima berbarengan dengan Kapolda Sumbar, Kapolres Padangpariaman dan tokoh olahraga Edi Karan.
Dalam memimpin sebuah organisasi bagi Aprinaldi ada filosofi yang dia jalani. Organisasi baginya ibarat organ, suku kata organisasi itu sendiri. Sebuah organisasi, atas-bawah merupakan satu kesatuan utuh tidak terpisah. Jika ada satu bagian yang sakit maka seluruh bagian akan merasakannya.
"Jempol sakit, rasanya pasti hingga ke kepala. Oleh sebab itu seluruh organ mesti dibuat sehat," dia mengibaratkan.
Bagi dia, organ dari sebuah organisasi yang sehat harus mampu menjadi lokomotif di setiap bidangnya masing-masing. Setiap ketua bidang dan pengurus cabang olahraga di KONI yang dia pimpin adalah leader. Mereka harus mampu menjalankan tugas yang diembankan kepadanya termasuk tanggungjawab, baik atas prestasi yang ditargetkan maupun tanggungjawab administrasi dan keuangan. Kepercayaan penuh dia berikan.
Ketua KONI periode 2015-2019 ini pun yakin akan kekuatan persuasif dalam mengelola sebuah konflik atas berbagai kepentingan di tubuh organisasi.
"Komunikasi tidak boleh terputus. Diskusi mesti sering dilakukan agar kita bisa memahami berbagai masukan dan ide-ide. Dari sanalah biasanya keputusan dan mufakat diambil karena sudah mempertimbangkan bebagai persepsi," katanya menyikapi konflik di tubuh organisasi yang dia pimpin saat ini.
Untuk progress Porprov 2016 di Padang nanti, Aprinaldi menargetkan Padangpariaman meraih juara II dan menyabet emas untuk olahraga sepakbola. 30 dari 32 cabang olahraga diikuti Padangpariaman pada iven tersebut. Berbagai persiapan telah dia lakukan diantaranya mendatangkan pelatih dari Australia untuk seluruh cabang olahraga.
"Terkait sepakbola adalah harapan kita bersama. Begitu tinggi atensi masyarakat akan medali emas. Sejauh ini berbagai persiapan telah kita lakukan dengan baik kepada pemain dan pelatih. Kekompakan itu mesti tertanam terus. Semua ego harus dikesampingkan demi perjuangan daerah," dia berharap.
Sebagai generasi muda, Aprinaldi juga menyikapi fenomena sosial di kalangan generasi muda saat ini. Dia berpendapat, tidak bisa dipungkiri saat ini telah terjadi kekeroposan generasi muda. Semuanya ingin instan dalam menggapai sesuatu. Fenomena itu menurutnya sangat berbahaya jika terus dibiarkan tanpa solusi.
"Medium-medium menuju kekeroposan generasi muda tersedia saat ini. Jika hal itu terus dibiarkan maka di masa depan akan lahir pemimpin pemimpin pecundang, akan lahir pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki integritas yang sangat membahayakan peradaban," terawangnya.
Dia berharap, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat duduk semeja membahas ancaman tersebut. Sudah saatnya lembaga-lembaga melakukan kaderisasi yang baik untuk melanjutkan suksesi kepemimpinan masa depan.
"Dalam berbagai kesempatan kerisauan itu sering saya utarakan. Tidak akan meleset dugaan saya jika fenomena generasi muda sekarang itu dibiarkan tanpa solusi akan menghancurkan sendi berbangsa bernegara nantinya. Ini tantangan bagi saya dan kita semua sebagai generasi muda memikirkan cara mengembalikan pemuda kepada titah luhurnya sebagaimana harapan pejuang bangsa," tutup pengagum Buya Hamka itu seolah menatap ke masa depan.
Oyong Liza Piliang