Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Selamat Jalan Cucu Magek Dirih

12 Januari 2016 | 12.1.16 WIB Last Updated 2016-01-12T16:22:25Z


Sejak pagi, Selasa (12/1) sebuah bendera hitam berukuran kecil berdiri tegak di pinggir jalan jalur Padang - Bukittinggi, tepatnya selepas jembatan Kiambang, Nagari Lubuk Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung, Kabupaten Padangpariaman.



   
Di situlah rumah orangtua H. Sutan Zaili Asril, wartawan senior Sumatera Barat yang meninggal dunia, Selasa (12/1) dini hari di RS M. Djamil Padang. Innnalillahi wainna ilaihi rajiun. Mendiang Zaili Asril di kebumikan di tanah kelahirannya. Dunia pers Sumbar berduka.
   
Sejak pagi, sudah banyak masyarakat datang melayat. Rekan sejawat almarhum dan para pejabat ramai berdatangan mengucapkan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.

Sutan Zaili Asril (lahir di Korong Kiambang, Kanagarian Pakanbaru, Kecamatan 2 x 11 VI Lingkung, Padangpariaman, tahun 1955 umur 60 tahun) adalah seorang wartawan senior, pengarang dan pengusaha.

Ia terjun menjadi wartawan sejak tahun 1979 dan pernah berkarier sebagai jurnalis di Harian Kompas. Belasan tahun Sutan Zaili menjadi pemimpin perusahaan pers terbesar di Sumatera Barat. Dia dikenal sebagai pendiri Padang Ekspres Grup yang menerbitkan beberapa media cetak dan digital, Padang TV Grup serta beberapa media lainnya.

Sutan Zaili bukanlah wartawan biasa, dia juga punya bakat menjadi pengarang atau penulis novel dan bahkan juga seorang pengusaha yang sukses.

Pada bulan Desember 2012, dia meluncurkan 5 buah novel sekaligus, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah sastra Indonesia.

Peluncuran 5 novel yang berjudul Revolusi Kaum Guci, Jalan Terjal dan Berliku, Mimpi-mimpi Myan, Prahara di Surau Kaki Bukik, dan Penelokan itu juga dihadiri oleh tokoh-tokoh Sumatera Barat baik pejabat maupun sastrawan dan tokoh pers.

Sutan Zaili Asril juga dikenal melalui kolom Cucu Magek Dirih di koran Padang Ekspres, dimana dalam setiap tulisan/kolom/celoteh/opini/buah pikiran/pendapat/ itu, Sutan Zaili selalu banyak memakai tanda miring yang diartikan sebagai kata atau/pendapat lain/padanan.

   
Wakil Bupati Padangpariaman terpilih Suhatri Bur, juga tampak di tengah kerumuman banyak orang yang ikut mengantarkan almarhum ke pandam pekuburan keluarga di Kiambang.

Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman, Mothia Aziz yang juga mantan Walinagari Lubuk Pandan terlihat ikut menyambut kedatangan para pelayat.

Sekitar sejam jenazah Sutan Zaili diinapkan di rumah orangtuanya, selama itu pula orang siak, labai beserta sanak keluarga ikut membacakan tahlil dan zikir untuk melepas kepergian putra terbaik, tokoh pers Sumbar yang telah malang melintang di dunia surat kabar tersebut.
   
Ketua PWI Pariaman Ikhlas Bakri kepada wartawan mengatakan ikut berduka sedalam-dalamnya atas meninggalnya tokoh pers putra piaman tersebut. "Saya mengenal Ajo Sutan Zaili ketika dia masih bertugas di Majalah Nasional Sentra, tahun 1990 an," kata dia.
   
Ikhlas Bakri bersama sejumlah wartawan yang tergabung di PWI, menilai kepergian Sutan Zaili adalah kedukaan dan kehilangan seorang tokoh pers yang luar biasa. Dia banyak memberikan teladan dan contoh baik bagi wartawan masa kini.
   
"Jika kematian, menurut musisi legendaris Indonesia Ebiet G Ade, hanyalah tidur panjang, maka mimpi indahlah Ajo Cucu Magek Dirih," ungkapnya sedih.


TIM
×
Berita Terbaru Update