Tokoh Masyarakat Piaman asal Aur Malintang, H. Azwar Wahid (65) yang lebih dikenal luas Haji Sagi sengaja pulang kampung dalam rangka batagak kudo-kudo pembangunan kantor Walinagari III Koto Aua Malintang Selatan, Kecamatan IV Koto Aua Malintang, Padangpariaman Senin (23/11). Saudagar emas berzakat Rp4 milyar setahun itu menyebut, kantor walinagari yang dianggarkan pemerintah senilai Rp 212 juta dirasa cupu untuk membangun kantor sesuai peruntukannya.
"Menurut saya, anggaran dari pemerintah hanya untuk satu lantai, tidak salah. Tapi mengingat letak kantor walinagari di tengah pasar, timbul pemikiran kami untuk menjadikannya dua lantai yang pasti berguna bagi masyarakat. Tujuannya selain kantor pelayanan, bisa saja di situ nantinya dijadikan kantor berbasis ekonomi masyarakat semisal perbankan nagari. Untuk mencukupi pendanaannya, kami sepakat badoncek," sebut pria kelahiran Aua Malintang 28 Agustus 1950 itu saat wawancara khusus dengan pariamantoday dan tim majalah Saiyo Sakato Hendra Aswara, Ikhlas Bakri dan Darmansyah Darwis di rumah orangtuanya di belakang Pasar Aur Malintang.
Sagi berpendapat, Nagari III Koto Aua Malintang Selatan yang memiliki 7 korong tersebut merupakan wilayah terluar Padangpariaman dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Agam. Karena dia menilai daerahnya kurang mendapat perhatian pemerintah daerah masa tahun 1960-1970an, Sagi yang masih muda saat itu bertekad suatu saat akan membangun kampung halamannya dengan caranya pula.
"Dulu (1960-1970), bupati tidak pernah datang ke mari, batu di sini besar-besar dan susah dilewati. Paling bupati di masa saya remaja itu hanya sampai ke Sungai Geringging saja, itupun sekali-sekali. Saya prakarsai tokoh-tokoh perantau agar bertekad membangun kampung secara swadaya," kata Sagi usai acara batagak kudo-kudo yang sempat dihadiri Pejabat Bupati Padangpariaman Rosnini Savitri dan calon bupati Padangpariaman nomor urut 1 Ali Mukhni.
Haji Sagi menuturkan, hanya mantan bupati Ali Mukhni salah satu bupati paling peduli Nagari Aua Malintang. Kata dia, Ali Mukhni dalam sebulan sekali saat dia memimpin Padangpariaman selalu menyempatkan diri berkunjung ke sana untuk menerima aspirasi masyarakat.
"Ali Mukhni beritikad baik membangun Padangpariaman bukan untuk memperkaya diri. Dia bupati yang gigih melobi ke pusat menghimpun dana untuk membangun Padangpariaman. Jika mengandalkan APBD saja mana cukup membangun Padangpariaman seluas ini, maka dari itu dia (Ali Mukhni) menjemput bola," kata Sagi memuji calon bupati Padangpariaman nomor urut 1.
Pria 11 anak 20 cucu ini menyebut, lima tahun kepemimpinan Ali Mukhni sebagai Bupati Padangpariaman sudah cukup bagus dan perlu dilanjutkan agar semua program pembangunan yang dia programkan terlaksana.
"Kalau pemimpin bagus, maka lanjutkan. Jika buruk ganti atau turunkan. Ali Mukhni, kepada masyarakat tanpa ragu saya katakan kepemimpinannya harus dilanjutkan, makanya pilih dan menangkan dia agar Padangpariaman, khususnya wilayah utara setara pembangunannya dengan wilayah Padangpariaman lainnya," Sagi menegaskan.
Haji Sagi dilahirkan dari keluarga sederhana penjual ternak dan semasa muda bercita-cita menjadi guru olahraga. Dia merantau ke Padang tahun 1967 membantu kakaknya berdagang emas sambil sekolah di SMOA (sekolah menengah olahraga) dan lulus tahun 1970. Namun karier hidup yang dia pilih akhirnya menetap menjadi pedagang emas. Cita-cita menjadi guru olahraga dia kubur dalam-dalam. Kala itu dia belajar berdagang emas pada kakak kandungnya.
"Dari Aur Malintang saya terbiasa jalan kaki ke stasiun Naras untuk selanjutnya naik kereta api ke Pariaman. Di saat itulah saya berpikir begitu tertinggalnya kampung saya oleh daerah lain, dan, bertekad suatu saat akan membangun kampung, dan doa dari lubuk hati terdalam itu didengar Tuhan. Kala itu saya menangis melihat kampung saya begitu tertinggalnya," ucap pemilik jaringan toko mas Sumbar Riau Group, yang telah membangun Mesjid, Tsanawiyah, SMK, MAN dan jalan di Nagari Aur Malintang itu.
Suami Karlina (58) yang dia nikahi pada tahun 1976 itu, motivasinya membangun kampung halaman adalah untuk menjadikan kampungnya setara dengan wilayah lain, baik dari sisi pendidikan maupun infrastruktur agar masyarakat Aua Malintang memiliki sumber daya yang unggul.
"Cita-cita saya yang belum terlaksana adalah membangun perguruan tinggi di Padang Lariang, perbatasan Padangpariaman dan Agam," imbuh Ayah 3 anak laki-laki dan 8 perempuan ini.
Haji Sagi menceritakan, usai menikah dengan Karlina, pada tahun 1976, dua tahun setelahnya mereka mengadu nasib ke Jakarta. Toko emas pertamanya di kawasan Majestik, Jakarta Selatan. Judi, keluar malam dan main perempuan adalah hal yang dia pantangi. Bisnis Haji Sagi terus berkibar dan membuka beberapa toko di kawasan Aldiron, Melawai, Blok M, Bandung dan Surabaya yang jumlahnya ratusan termasuk sistim afiliasi dengan penambang dan PT Antam. Haji Sagi konon juga membeli emas dari PT Freeport dalam jumlah ton-an.
"Hak masyarakat haruslah disalurkan dari total harta kita. Rejeki itu tumpang menumpang. Zakat bagi saya sesungguhnya tidak boleh disebutkan. Tapi karena masyarakat sudah pada tahu, 2,5% tiap tahun selalu saya bagikan di kampung Rp4 milyar, kemudian di Jakarta, Surabaya dan beberapa daerah lainnya, cukup saya dan Tuhan saja yang tahu jumlahnya," tambah Sagi.
Haji Sagi berpesan, dirinya dan beberapa tokoh perantau sukses asal Aua Malintang akan selalu menjalin hubungan dengan kepala daerah dalam membangun kampung halamannya. Pembangunan tidak akan maksimal oleh pemerintah tanpa melibatkan masyarakatnya.
OLP