Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Propinsi Sumatera
Barat mengajak para ulama untuk meningkatkan peran aktifnya membentengi umat
dari paham-paham keagamaan yang radikal, yang selalu membid’ah amaliah yang
dilakukan umat Islam, dan kelompok yang dengan mudah mengkafirkan pihak lain
yang tidak sejalan dengan pahamnya. Selain itu, munculnya kelompok berdalih
sosial, namun dalam prakteknya berkaitan dengan kegiatan keagamaan yang
menyimpang dari apa yang sudah dianut umat.
Ketua PW NU Sumatera Barat Maswar mengungkapkan hal
itu pada pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Padangpariaman,
Kamis (15/10/2015), di hall Saiyo Sakato Pemkab Padangpariaman, di Pariaman.
Pelantikan PC NU masa khidmat 2015-2020 dihadiri Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, Ketua PC GP Ansor
Padangpariaman Zeki Aliwardana, Ketua PC IPNU Padangpariaman Fauzan Ahmad, MWC
NU se-Padangpariaman.
Menurut Maswar, PC NU Padangpariaman harus berperan
aktif mengantisipasi munculnya aliran radikal, seperti ISIS. Jika ulama tidak
hati-hati dan waspada, maka di Padangpariaman akan muncul paham tersebut. “Sekarang
sudah ada kelompok yang menamakan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang
berkedok berkegiatan sosial. Namun dalam aksi sosialnya, disebarkan paham bahwa
shalat itu tidak wajib, zakat tidak wajib. Sasaran rekruitmennya adalah
anak-anak pintar yang tidak mampu. Setelah direkruitmen, didoktrin, akhirnya
anak-anak itu melawan terhadap orangtuanya. Kalau anak tersebut sudah dibai’at,
maka anak itu lebih radikal lagi,” tutur Maswar.
Dikatakan Maswar, ada paham yang banyak mengharamkan
kegiatan yang sudah tumbuh di masyarakat. Peringatan Isra’ Mi’raj haram, maulud
Nabi Muhammad Saw juga haram, berdoa dan berzikir bersama usai shalat wajib,
juga haram. Pakaian yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, juga haram. “Semua
itu adalah tantangan ulama, khususnya Nahdlatul Ulama untuk membentengi umat
dari paham yang keliru tersebut,” kata Maswar.
Ketua PC NU Padangpariaman Masri Can sebelumnya
menyampaikan, NU di Padangpariaman sudah banyak berbuat sejak lama. Tahun 1960-an,
khususnya 1965 saat meletus pemberontakan G 30 S/PKI, NU Padangpariaman sangat
aktif membentengi umat dari ancaman PKI itu. Ada apel besar yang dilaksanakan
NU bersama Ansor dengan dihadiri belasan ribu orang.
“Pasca bencana gempa 30 September 2009, yang
menghancurkan daerah Padangpariaman, NU juga berperan aktif melakukan
rehabilitasi, pembangunan sarana dan prasana yang dibutuhkan masyarakat, bantuan
pengobatan dan pelatihan dai siaga bencana. Apa yang diberikan NU tersebut,
sangat bermanfaat bagi masyarakat Padangpariaman yang terkena bencana gempa
saat itu,” kata Masri Can yang juga Kepala Kantor Kementerian Agama
Padangpariaman ini.
AT