Pemilik rental DVD/VCD Ultra Disc Pariaman akhirnya mengakui kesalahan anak buahnya telah menyewakan disc film bajakan dan meminta maaf kepada wartawan disaksikan oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Pariaman, Ikhlas Bakri, yang langsung mendatangi konter Ultra Disc, di Kampung Baru, Rabu (2/9).
"Wartawan punya tanggungjawab moral kepada publik. Film bajakan jelas tidak disensor. Kita tidak ingin hal itu jadi konsumsi publik terutama generasi muda Pariaman. Tidak hanya Ultra Disc saja, konter lain juga akan kita beritakan jika ditemukan menyewakan disc film bajakan," ungkap Ikhlas menegasakan.
Pemilik konter berujar bahwa selama ini dia tidak tahu menahu karyawannya mendapatkan dan menyewakan disk bajakan kepada pelanggan. Karena Ultra Disc menurutnya hanya menyewakan disc original.
"Oleh sebab itu kami meminta maaf dan menjamin hal serupa tidak akan terjadi lagi kemudian hari," kata pemiliknya kepada Ketua PWI Ikhlas Bakri.
Pemilik Ultra Disc, yang mengakui pemilik sah konter tersebut, sebelum diperlihatkan alat bukti berupa foto dan rekaman video puluhan disc bajakan terpajang di konternya di hari sebelumnya oleh wartawan sempat membela karyawannya tersebut. Setelah diperlihatkan, dan dia menanyakan, karyawannya tersebut baru mengakui perbuatannya.
Sebelum kedatangan Ketua PWI bersama rombongan wartawan ke lokasi, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pariaman Yota Balad bersama jajaran telah melakukan sidak ke lokasi dan tidak menemukan barang bukti karena seluruh disc bajakan telah "dilenyapkan" dari rak pajang. Karena dikelabui tersebut Satpol PP Kota Pariaman tidak menemukan barang bukti satu pun saat akan melakukan penertiban.
"Kami tidak menemukan barang bukti satupun meski sudah periksa hingga ke bagian belakang. Kita menduga barang bukti telah mereka amankan," kata Yota Balad di rumahnya.
Sementara itu, Direktur Radio Damai Pariaman, Ima Syarief Abidin menyesalkan peristiwa tersebut lalai dari pantauan aparat berwenang.
Aktivis perempuan Pariaman dan jurnalis senior itu berpendapat minat remaja menonton film baik film lokal maupun luarnegeri cukup besar.
"Hal ini berbahaya. Film yang tidak disensor, apalagi film asing yang sering menyelipkan adegan fulgar menjadi tontonan mereka. Budaya luar yang masuk tanpa filter lewat film bajakan cenderung merusak, khususnya perilaku dan sikap moral mereka," Ima menuturkan.
Oleh sebab itu, menurut Ima, wartawan yang sehari-hari berada di lapangan wajib menyuarakan karena menyangkut tanggungjawab moral jurnalis kepada publik.
OLP