Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Padangpariaman, akan melaksanakan kegiatan Muzakarah Ulama, tingkat Nasonal dengan nara sumber Prof. Dr.H. Said Aqil Husein Al-Munawwar, MA, mantan Menteri Agama RI 2004-2009, dari Jakarta, Jum’at (2/10/2015), malam.
Ketua MUI Kabupaten Padangpariaman, Dr. Zainal Tk. Mudo, M.Ag, menjelaskan dalam panitia, Sabtu (26/9/2015) di Lapau Coklat Lapangan Mardeka Pariman, mengatakan, acara ini bertujuan dalam rangka berbagi dan meningkatkan pemahaman keagamaan antara para ulama di bidang hukum Islam, untuk memberikan fatwa keagamaan kepada masyarakat.
Diakatakan, acara itu akan dilaksanakan di Pandopo Bupati Padangpariaman, Kelaurahan Karan Aur Kota Pariaman, peserta utusan Pengurus MUI Kecamatan 2 orang. Kemudian ditambah dengan 25 orang Pimpinan Pondok Pesantren se-Padangpariaman, Muspida, Ketua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama Pariaman.
Lebih jauh dikatakan, acara tersebut terlaksana kerjasama MUI dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Padangpariaman, dan acara tingkat nasional itu, sudah 2 kali dilaksanakan dan ini merupakan yang ketiganya, sebelum itu Muzakarah Ulama, tingkat Sumatera Barat, juga sudah sering diadakan.
“Mudah-mudahan kegiatan, dapat menambah wawasan para ulama terhdapad pemahaman hukum Islam,” tutur Zainal menimpali.
Pada acara itu hadir Said Aqil Husein Almunawwar, ulama hafal al-Qur’an 30 juz yang pernah menjabat menteri di Kabinet Gotong Royong SBY dan era Presiden RI Megawati, muballigh dan ustazd serta tokoh muslim moderat. Seorang Qari andal, hafizh Al-Quran, pakar fiqih dan ushul fiqh, pengajar pascasarjana di berbagai perguruan tinggi, muballigh dan pengisi berbagai acara di televisi, juri MTQ tingkat internasional di berbagai negara.
Itulah sebagian di antara sederet atribut dan aktivitas yang disandang Prof. Dr. Habib Said Agil Husin Almunawar. Ulama intelektual itu memang memiliki banyak keahlian sehingga aktivitasnya pun menjadi sangat beragam. Sosok yang dibutuhkan banyak orang, enak diajak bicara, dan bersuara merdu. Dia lahir di Kampung 13 Ulu, Palembang, pada tanggal 26 Januari 1954.
Ia lulus dari madrasah Ibtidaiyah Munawariyah tahun 1966, sedangkan di SD Negeri ia lulus tahun 1967. Kemudian Said melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Al-Ahliyah, sebuah perguruan yang didirikan tahun 1920-an oleh para ulama terkemuka di wilayah Palembang. Said Agil dapat menyelesaikannya pada tahun 1969.
Setelah itu pendidikannya berlanjut di Sekolah Persiapan Universitas Islam (SPUI) Al-Ahliyah 17 Ilir Lorong Ketandan, Palembang. Ia termasuk angkatan pertama dan lulus tahun 1971.
Ketika mengikuti pendidikan di SPUI Al-Ahliyah, pada saat yang sama ia juga belajar di Sekolah Persiapan IAIN (SPIAIN) Raden Fatah Palembang.
Saat lulus SPUI dan SPIAIN, usianya masih relatif muda, di bawah 17 tahun, karena ia pernah melompat kelas, hanya tiga bulan di satu kelas dan langsung dinaikkan ke kelas berikutnya. Kebanyakan calon mahasiswa yang mendaftar di IAIN berusia sekitar 18-19 tahun, sedangkan umur Said Agil masih di bawah itu.
Tapi pihak IAIN tidak dapat menolak, karena ia mempuyai ijazah sekolah agama dan sekolah negeri. Bahkan akhirnya kedua ijazah itu menjadi modal baginya untuk masuk perguruan tinggi itu tanpa test.
Ia diterima di Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah dan kemudian meraih gelar sarjana muda tahun 1974 dengan predikat cum laude. Setelah itu, ia memiliki keinginan untuk dapat kuliah di luar negeri.
“Jika orang bisa, kenapa saya tidak bisa?” katanya pada suatu saat.
Apalagi ayahnya juga membolehkannya kuliah di luar negeri. Kalau masih sekolah di dalam negeri, apabila harus berpisah dengan orangtua, ia tidak diizinkan. Ini karena ia anak pertama, yang diharapkan dapat menjadi pengganti sang ayah sehingga harus mendampinginya sebagai persiapan dan pengalaman baginya. (ap)